Jakarta, (Antara Antara) - Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago memprediksi dengan empat indikator, Ade Komarudin (Akom) akan mengalahkan Setya Novanto (Setnov) dalam perebutan posisi Ketua Umum Partai Golkar.
"Peta politik Golkar belum bergeser, magnet elektoral masih membentuk kekuatan dua kutub, yaitu kutub Setnov dan kutub Akom sebagai episentrum titik kekuasaan. Namun Akom dipastikan lebih mudah terpilih dan mulus melenggang ke kursi golkar 1," katanya di Jakarta, Senin.
Pangi menjelaskan indikator pertama, sudah mulai nampak sinyal tujuh para calon ketum Golkar Caketum menjadikan Setnov sebagai musuh bersama, di saat Novanto sendirian mendukung voting terbuka.
Dia mengatakan, Akom hanya bisa menang dengan mekanisme voting tertutup namun sudah diputuskan secara kolektif dan kolegial mekanisme voting tertutup.
"Dengan mekanisme pemilihan via voting tertutup, peluang Setnov untuk menang semakin tipis. Itu sebab-musabab mengapa Setnov begitu ngotot mekanisme voting terbuka," ujarnya.
Indikator kedua, menurut dia, Munaslub kali ini ujungnya adu kontestasi antara kekuatan koorparasi dan pebisnis dengan kekuatan aktifis ideologis, kekuatan pemilik modal dan pebisnis diwakili Novanto.
Sementara itu, kekuatan aktivis ideologis diwakili Akom yg juga alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan pengalaman cukup mumpuni di organisasi sayap Golkar seperti Soksi, Kosgoro, MKGR, AMPG, AMPI.
"Partai Golkar tidak bisa maju kalau hanya dikuasai kekuatan pemilik modal tanpa merawat aktifis ideologis. Opini publik yang akan dibangun adalah Golkar hanya akan maju dan menjadi partai modern apabila dinahkodai oleh aktivis ideologis," katanya.
Pangi menjelaskan indikator ketiga, Akom sangat dekat dengan Jusuf Kalla yang akan ambil bagian terutama mempengaruhi suara DPD I dan DPD II Partai Golkar wilayah Indonesia Timur.
Selain itu, menurut dia, Akom juga sangat bagus kedekatan dan komunikasi politiknya dengan ketua umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
"Megawati juga salah satu determinan yang tidak bisa diabaikan. Mulusnya Akom jadi ketua DPR, karena pengaruh Bu Mega 'menjinakkan' kader PDIP," katanya.
Dosen UIN Syarief Hidayatullah Jakarta itu menjelaskan indikator keempat, yaitu posisi Akom sebagai Ketua DPR sekaligus Ketua Golkar menjadi seksi dan menarik bagi pemerintah.
Menurut dia, dua posisi strategis itu yang pos-pos tersebut mesti diisi oleh orang-orang satu misi, satu nuansa kebatinan, dan satu kehendak dengan pemerintah.
"Loyalitas tingkat tinggi Ketua DPR diharapkan sekaligus Ketum Golkar yang sejalan dengan pemerintah. Apalagi, tradisi partai kekaryaan Golkar selama ini adalah Ketua Umum Golkar sekaligus Ketua DPR," ujarnya. (*)
Berita Terkait
Politisi Golkar nilai gugatan kubu 01 dan 03 tidak masuk akal
Minggu, 31 Maret 2024 14:03 Wib
Presiden Jokowi tanggapi isu jabat Ketum Partai Golkar
Kamis, 21 Maret 2024 10:54 Wib
Partai Golkar raih suara terbanyak di pemilu DPRD Pasaman Barat
Rabu, 6 Maret 2024 20:08 Wib
Airlangga lantik Paulus Waterpauw menjadi Ketua DPD Golkar Papua Barat
Senin, 27 November 2023 10:31 Wib
Prabowo dan Airlangga sambangi Istana Merdeka usai deklarasi Golkar
Sabtu, 21 Oktober 2023 17:14 Wib
Golkar usulkan Gibran Rakabuming jadi bakal cawapres untuk Prabowo
Sabtu, 21 Oktober 2023 12:12 Wib
Legislator dorong madrasah miliki program keterampilan sebagai bekal siswa
Jumat, 8 September 2023 14:56 Wib
Puan Maharani kunjungi kediaman Ketum Golkar Airlangga Hartarto
Kamis, 27 Juli 2023 15:56 Wib