Praktisi: Cegah Tawuran Pelajar dengan Pendidikan Informal

id Praktisi: Cegah Tawuran Pelajar dengan Pendidikan Informal

Praktisi: Cegah Tawuran Pelajar dengan Pendidikan Informal

Ristapawa Indra. (dokumen pribadi)

Arosuka, Sumbar, (ANTARA) - Mantan Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (STKI) PGRI Sumatera Barat, Ristapawa Indra, menyatakan untuk mencegah terjadinya tawuran antarpelajar dengan memaksimalkan pendidikan informal. "Yang dimaksud pendidikan informal tersebut adalah pendidikan setelah anak pulang dari sekolah (pendidikan formal), yang paling berperan dalam hal ini adalah orang tua siswa sendiri," kata dia di Arosuka, Sabtu. Menurut dia, idealnya setelah anak pulang sekolah orang tua masing-masing siswa harus memberikan pendidikan kepada anaknya dengan cara yang baik sehingga mereka terhindar dari berbagai bentuk sikap yang tidak baik. "Kelemahan selama ini pendidikan informal yang seharusnya dilakukan orang tua, masyarakat tidak maksimal, akibatnya banyak anak yang terpengaruh sikap negatif," katanya. Dia menambahkan, realita yang terjadi saat ini banyak orang tua yang tidak peduli dengan anaknya setelah pulang sekolah. Mereka dibiarkan begitu saja berkeluyuran sehingga bisa berakibat terkontaminasinya anak oelh perbuatan yang tidak baik, seperti tawuran. "Bagi orang tua yang peduli terhadap anak, seharusnya waktu anak berada di rumah mereka harus dituntun untuk disiplin, diarahkan agar berbuat baik, dan diberikan pemahaman tentang perbuatan yang bisa merusak masa depannya, dan membatasi pergaulan anak sehingga tidak terpengaruh dengan lingkungan yang kurang baik," jelasnya. Dia juga tidak menyetujui terjadinya aksi tawuran antarpelajar lalu yang disalahkan sekolahnya. Menurutnya, salah kaprah jika ada yang menyalahkan sekolah ketika terjadinya aksi tawuran antarpelajar tersebut. "Di sekolah manapun tidak ada yang mengajarkan siswanya untuk tawuran, dan realita yang terjadi tawuran terjadi bagi anak yang bandel dan tidak pada jam pelajaran," katanya. Dia juga mengimbau seluruh pihak baik orang tua, pemuka masyarakat, pelaku pendidikan agar sama-sama berbenah dan tidak saling menyalahkan sehingga kedepannya tidak ditemukan lagi aksi tawuran dalam dunia pendidikan. (**/lif/jno)