Pemerintah Fasilitasi Dosen Kembangkan Karier Keilmuannya

id Dosen, Kemenristekdikti

Yogyakarta, (AntaraSumbar) - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi memfasilitasi para dosen untuk mengembangkan karier keilmuannya agar lebih banyak tenaga pengajar di perguruan tinggi yang menjadi ahli pada disiplin ilmunya.

"Kita menggerakkan agar para dosen kembali ke 'khittah'-nya, kembali pada panggilan profesinya untuk menjadi pengajar," kata Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti di Yogyakarta, Rabu.

Usai menyampaikan pidato dalam acara "International Conference on Science Mapping and The Development of Science" di Universitas Gadjah Mada itu, ria yang akrab disapa Ghufron tersebut mengungkapkan bahwa saat ini sebagian besar dosen di Indonesia lebih tertarik meningkatkan karier di struktural perguruan tinggi ketimbang mengembangkan disiplin ilmunya.

Oleh karena itu pemerintah memberikan berbagai kemudahan bagi para dosen yang menginginkan peningkatan karier di bidang keilmuan atau menjadi "academic leader" pada disiplin ilmu.

Ghufron menyebut pemerintah akan memudahkan mobilitas dosen dengan memberikan kesempatan untuk mempelajari dan berbagi ilmunya di universitas lain di dalam maupun luar negeri, mengembangkan penelitian dengan didanai penelitiannya, diberi insentif publikasi penelitian mulai Rp50 juta hingga Rp100 juta.

Selain itu para dosen yang memiliki Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN) dan Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) juga akan diberikan kemudahan dalam berbagai proses administrasi dan birokrasi seperti dalam proses sertifikasi dosen.

Hal tersebut, kata Ghufron, dilakukan untuk meningkatkan jumlah publikasi jurnal ilmiah Indonesia dalam skala nasional maupun internasional.

Di samping itu, pemerintah juga berupaya dalam meningkatkan jumlah profesor yang ada di Indonesia dengan memangkas waktu prosesnya.

"Yang biasanya untuk mendapatkan gelar profesor itu perlu dua sampai enam tahun sekarang kita buat hanya dua bulan tanpa mengorbankan kualitasnya," kata Ghufron.

Menurut dia Indonesia saat ini masih kekurangan jumlah profesor yang idealnya memenuhi seluruh disiplin ilmu yang ada.

Program studi di Indonesia sendiri lebih dari 22 ribu, sementara jumlah guru besar di seluruh Indonesia sebanyak 5.100 orang.

Oleh karena itu Ghufron mengimbau agar akademisi yang ingin mendapatkan gelar profesor segera mendaftarkan diri. (*)