Fuad: Pembangunan Makin Jauh dari Pancasila

id Fuad

Jakarta, (Antara) - Pembangunan yang semakin jauh dari nilai Pancasila harus dibetulkan arah dan praktiknya dan contoh aktual adalah penggusuran dan pembongkaran pemukiman penduduk di Luar Batang dan Pasar Ikan, Jakarta Utara awal pekan ini, kata pemerhati filantropi Islam, M Fuad Nasar.

"Yang dihadapi adalah rakyat kecil, ada orang tua, perempuan dan anak-anak. Hati nurani kita terenyuh melihat peristiwa itu. Tidak adakah cara lain, cara yang lebih berbudaya, apakah Pemerintah DKI Jakarta sudah kehabisan akal sehingga menempuh cara paksa dan represif? Sudah musnahkah kearifan lokal kita untuk mengedepankan musyawarah dan pendekatan yang manusiawi terhadap bangsa sendiri," kata Fuad Nasar dalam perbincangannya dengan Antara di Jakarta, Rabu.

Menurut Magister Program Studi Ketahanan Nasional UGM itu, "Penggusuran demi penggusuran secara tidak sengaja menebar benih-benih radikalisasi baru di tengah masyarakat. Anak-anak yang menyaksikan rumahnya dirubuhkan dengan alat berat, orang tuanya menjerit, di situ ada banyak tentara dan polisi, apa kira-kira yang ada di benak mereka saat itu?.

Fuad mengkritisi, "Di manakah kita taruh nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan, kerakyatan/kebijaksanaan/hikmah/permusyawaratan, dan keadilan sosial yang semestinya harus dijunjung tinggi. Apakah kita hendak membuat masyarakat, terutama di lapisan akar rumput, tidak percaya lagi terhadap Pancasila?" .

Menurut Wakil Sekretaris Baznas periode 2008-2015 itu, "Tidak salah jika ada yang mempertanyakan, masihkah Pancasila dipedomani sebagai landasan etik dan moral dalam pelaksanaan pembangunan".

Fuad Nasar yang juga konsultan The Fatwa Center Jakarta mengatakan, "Kemajuan ibu kota akan kehilangan berkah Ilahi kalau terlalu banyak tangis dan air mata rakyat yang menetes. Pembangunan megapolitan dan impian menjadikan Jakarta seperti Singapura melalui proyek reklamasi pantai, jangan membuat rakyat Indonesia seperti orang menumpang di negeri sendiri. Modernisasi jangan menimbulkan efek dehumanisasi dan penyingkiran orang miskin secara paksa. Dampak reklamasi yaitu tergusurnya mata pencaharian penduduk setempat tidak dikaji secara komprehensif, dan begitu pula kerusakan ekologis habitat organisme perairan. Jangan kita terjebak pada hiperpragmatisme".

Mengakhiri keterangannya, Fuad Nasar menandaskan, "Penggusuran pemukiman kumuh tidak otomatis menghilangkan kemiskinan, tetapi bisa memperlebar kemiskinan dan kesenjangan sosial. Ini harus diperhatikan betul dalam menata pembangunan ibukota ke depan." (*)