Sampang, (AntaraSumbar) - Dua orang warga Kabupaten Sampang, Jawa Timur, meninggal dunia akibat menderita penyakit leptospirosis, yakni jenis penyakit yang disebabkan oleh kencing tikus.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sampang Firman Pria Abadi di Sampang, Sabtu, kedua warga yang meninggal dunia itu masing-masing bernama Slamet (40) dan Amir (56).
"Slamet ini warga Desa Gunung Maddah, sedangkan Amir warga Jalan Seruni, Kelurahan Dalpenang, Kecamatan Kota Sampang," katanya.
Sebelumnya, warga Sampang yang meninggal dunia akibat terserang penyakit yang disebabkan oleh kencing itu hanya 1 orang, yakni Slamet. Ia meninggal dunia pada 8 Maret 2016.
Slamet merupakan satu dari empat orang warga Sampang yang positif menderita leptospirosis.
Lebih lanjut, Firman mengatakan akibat adanya tambahan pasien yang meninggal dunia itu, pihaknya terpaksa memperpanjang masa status waspada leptospirosis hingga 30 hari depan.
Semula Dinkes menetapkan status waspada leptospirosis hingga 18 Maret 2016.
"Kami juga telah memberikan obat pencegah leptospirosis kepada keluarga dan ketua RT, berupa obat Doxycycline serta larutan disinfektan, untuk mengantisipasi penyebaran penyakit pada keluarga dan tetangganya," kata Firman.
Selain itu, Dinkes juga melakukan penyelidikan epidimiologi (PE) yakni semacam penyelidikan tentang alur pasien sebelum terjangkit penyakit leptospirosis.
Penyakit leptospirosis di Kabupaten Sampang, Madura yang menyebabkan dua orang meninggal dunia ini, bukan yang pertama kali terjadi.
Pada 2013, Pemkab Sampang juga pernah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) dalam kasus leptospirosis.
Kala itu sebanyak 95 orang terserang jenis penyakit akibat terinfeksi kencing tikus itu, dan 10 orang penderita diantaranya meninggal dunia.
Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis).
Jenis penyakit ini dikenal juga dengan nama penyakit "weil", demam "icterohemorrhage", penyakit "swineherd`s", demam pesawah (ricefield fever), demam pemotong tebu (cane-cutter fever), demam lumpur, jaundis berdarah, penyakit Stuttgart, dan demam Canicola.
Leptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water borne disease). Urine (air kencing) dan individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan.
Kemampuan leptospira untuk bergerak dengan cepat dalam air menjadi salah satu faktor penentu utama dapat menginfeksi induk semang (host) yang baru. Hujan deras akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir.
Di Indonesia, penularan jenis penyakit ini paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir.
"Dalam keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan, seperti banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri leptospira berkembang biak," ujarnya.
Selain leptospirosis, jenis penyakit lain yang juga perlu diwaspadai bagi warga korban banjir ialah penyakit gatal-gatal dan diare. (*)
Berita Terkait
Dua warga meninggal dunia akibat kecelakaan di Agam selama Operasi Ketupat
Rabu, 17 April 2024 13:29 Wib
Tujuh orang meninggal dalam kecelakaan bus di Tol Semarang-Batang
Kamis, 11 April 2024 11:37 Wib
Selebriti banjiri foto Instagram Babe Cabita dengan ucapan duka
Selasa, 9 April 2024 12:11 Wib
Sembilan orang yang meninggal dalam kecelakaan KM 58 alami luka bakar
Senin, 8 April 2024 13:11 Wib
BNPB: Tujuh warga Kudus meninggal akibat banjir
Rabu, 20 Maret 2024 4:47 Wib
Aktor Donny Kesuma meninggal dunia di usia 55 tahun
Rabu, 20 Maret 2024 4:46 Wib
BNPB: 30 warga Sumbar meninggal dunia akibat banjir-longsor
Senin, 11 Maret 2024 16:24 Wib
16 orang korban banjir bandang-longsor Pessel ditemukan meninggal
Sabtu, 9 Maret 2024 17:51 Wib