"Kami Bukan Superman" Kisahkan Masyarakat Kehilangan Hak

id "Kami Bukan Superman" Kisahkan Masyarakat Kehilangan Hak

Bandarlampung, (ANTARA) - Warga Moro-Moro Kabupaten Mesuji, Lampung, menyambut baik terbitnya buku "Kami Bukan Superman" karena bisa membuat publik semakin tahu kondisi kesehatan masyarakat yang kehilangan hak-hak konstitusionalnya. "Saya berharap, lewat buku itu masyarakat luas bisa mengetahui bagaimana keadaan kami sebenarnya di Moro-Moro," ujar Eko Baday, relawan yang ikut membantu mengumpulkan data-data untuk buku karya Ridwan Hardiansyah itu di Mesuji, saat dihubungi dari Bandarlampung, Minggu. Ia mengaku senang dan bangga buku yang ditulis Ridwan, jurnalis Tribun Lampung dan Koordinasi Divisi Serikat Pekerja Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung, itu akhirnya terbit. "Tidak sia-sia diminta tolong membantu mencari data, menemui narasumber, senang atas terbitnya buku itu," ucapnya. "Kami Bukan Superman" ditulis oleh Ridwan untuk menceritakan realisasi sebenarnya terkait kondisi kesehatan warga Moro-Moro. Ridwan juga mengaku berusaha menceritakan secara holistik kondisi kesehatan warga yang tinggal di Register 45 Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung. Sejumlah kader Posyandu swadaya di Moro-Moro mengaku sudah tak sabar ingin membaca buku itu, sehubungan mereka terlibat sebagai narasumber buku tersebut. "Kami menunggu, katanya mau ada diskusi bukunya di Moro-Moro akhir bulan ini serta ada siswa-siswa sekolah internasional yang mau dukung Posyandu," ujar Sri Atminah, kader Posyandu swadaya setempat. Meski belum mendapatkan respon yang positif dari pemerintah setempat, katanya menambahkan, para kader akan terus berupaya supaya layanan Posyandu di Moro-Moro semakin baik. "Untuk soal vaksin, dokter dan lain-lain kami yakin suatu saat pasti ada jalan," tuturnya, berharap. Sekretaris Jenderal Persatuan Petani Moromoro Way Serdang (PPMWS) Syahrul Sidin juga mengungkapkan kegembiraanya atas penerbitan buku yang diterbitkan oleh Unit usaha Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung, Indepth Publishing itu. Buku tersebut, demikian Syahrul menambahkan, menceritakan kondisi kesehatan di Moro-moro. Seperti ratusan anak-anak dan balita tidak pernah mendapatkan pelayanan kesehatan dasar selama belasan tahun. "Karena itu, saat ini kami terus mengupayakan peningkatan kesadaran kesehatan masyarakat Moro-Moro, baik upaya swadaya yang bekerja sama dengan berbagai pihak," ucap Syahrul, menjelaskan. Ia juga menuturkan pihaknya juga berupaya menemui pemerintah daerah setempat supaya ada respon positif berkaitan dengan masalah pelayanan kesehatan untuk warga yang kehilangan hak-hak konstitusionalnya itu. Direktur Pengelola Indepth Publishing, Tri Purna Jaya menjelaskan "Kami Bukan Superman" merupakan buku kedua tentang Masyarakat Moro-Moro. Sebelumnya, ujar Tri, Indepth telah menerbitkan buku mengenai masyarakat Moro-Moro yang ditulis Oki Hajiansyah Wahab, yakni "Terasing di Negeri Sendiri" dan diterima pasar dan sudah dicetak ulang. (*/jno)