Sekjen PBB Tolak Tuduhan Netanyahu Mengenai "Beri Penarik Buat Teror"

id Ban Ki-moon

Sekjen PBB Tolak Tuduhan Netanyahu Mengenai "Beri Penarik Buat Teror"

Ban Ki-Moon (ant)

PBB, New York, (Antara/Xinhua-OANA) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Rabu (27/1), menolak tuduhan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa ia "memberi penarik buat teror" dalam pernyataannya belum lama ini di Dewan Keamanan mengenai proses perdamaian Timteng.

"Sekretaris Jenderal menolak bahasa yang menuduh dia 'memberi penarik buat teror'," kata Stephane Dujarric, Juru Bicara Ban, dalam taklimat harian. Ia merujuk kepada kutipan dari kecaman Netanyahu mengenai pernyataan Ban di Dewan Keamanan.

"Saya mengutuk penikaman, serangan kendaraan dan penembakan oleh orang Palestina yang ditujukan kepada warga sipil Israel," kata Ban belakangan kepada wartawan dalam satu pertemuan. "Tak ada yang menjadikan teror sebagai alasan."

"Pada saat yang sama, jika kita ingin melihat berakhirnya kerusuhan ini, tindakan keamanan takkan cukup," kata Ban, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi. "Kita harus menangani pangkal masalah, kekecewaan yang menggaris-bawahi dan kegagalan untuk mencapai penyelesaian politik."

Dujarric mengatakan kepada wartawan Sekretaris Jenderal PBB "berpegang pada setiap kata yang ia gunakan di Dewan Keamanan" pada Selasa (26/1), saat berbicara mengenai proses perdamaian Timur Tengah.

"Sebagian orang telah menuduh Sekretaris Jenderal membenarkan terorisme," kata Dujarric. "Tak ada yang bisa lebih dari kebenaran. Sekretaris Jenderal berulangkali mengatakan tak ada, benar-benar tak ada, yang membenarkan terorisme."

Netanyahu, sebagaimana dikutip di dalam laporan yang beredar, mengatakan tentang pernyataan Ban di Dewan Keamanan, "Kata-kata Sekretaris Jenderal memberi penarik buat terorisme." Ia menambahkan, "Pembunuh Palestina tak ingin mendirikan negara --mereka ingin menghancurkan negara dan mengatakan itu dengan keras."

Dalam pertemuan dengan wartawan, Ban berkata, "Setelah hampir 50 tahun pendudukan --beberapa dasawarsa setelah Oslo-- rakyat Palestina, terutama pemuda Palestina, mulai kehilangan harapan." Ban merujuk kepada kesepakatan pada 1990-an, yang berpangkal dari pembicaraan rahasia yang dimulai di Oslo.

"Rakyat Israel, Palestina dan masyarakat internasional perlu membaca tulisan di tembok: status quo tidak dapat dipertahankan, itu merusak keamanan rakyat Israel dan masa depan bagi rakyat Palestina," kata Ban.

"Setiap orang bebas untuk mengambil dan memilih apa yang mereka suka dan tidak suka dari pidato," kata Sekretaris Jenderal tersebut. "Tapi kenyataan besar tak bisa dipelintir atau dibuat kabur. Itu hanya dapat berubah melalui tindakan nyata dan perubahan nyata dalam kehidupan rakyat."

PBB adalah bagian dari Kuartet Timur Tengah, yang juga melibatkan Amerika Serikat, Rusia dan Uni Eropa --kelompok diplomatik yang berusaha mencari penyelesaian dua-negara; Israel yang aman hidup dalam kedamaian berdampingan dengan Negara Palestina Merdeka. (*)