Legislator Apresiasi Kinerja Kepala BIN

id Darizal Basir, Kinerja, BIN

Painan, (AntaraSumbar) - Legislator atau anggota DPR RI, Darizal Basir mengapresiasi Kinerja Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso yang berhasil meyakinkan kelompok sipil bersenjata di Aceh pimpinan Nurdin Ismail untuk menyerahkan diri.

Ini merupakan sebuah kado akhir tahun terindah bagi perdamaian i negeri ini, khususnya di Aceh, kata Sekretaris Kelompok Fraksi Partai Demokrat Komisi I DPR RI itu, ketika dihubungi di Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar, Senin.

Kelompok sipil bersenjata di Aceh pimpinan Nurdin Ismail yang lebih dikenal dengan sebutan Din Minimi tersebut adalah sempalan bekas kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang tidak puas baik terhadap bekas pimpinan GAM maupun pemerintahan Aceh.

Bersama Din Minimi, sebanyak 120 anggotanya juga turun gunung menyerahkan diri. Tidak saja itu, Minimi juga menyerahkan senjata api dengan beragam jenis dan sejumlah amunisi sebagai tanda bukti komitmennya untuk tidak lagi melakukan gangguan keamanan.

Menurut dia, penyerahan diri Din Minimi beserta kelompoknya sangat bermakna positif bagi perdamaian yang sedang terjadi di Aceh.

"Pandangan saya, berdasarkan pengalaman di dunia kemiliteran, sebetulnya masih ada eks kombatan GAM yang tidak mendukung perdamaian. Mereka adalah yang bermarkas di luar negeri," katanya.

Bagaimanapun, penyerahan diri Din Minimi dan kelompoknya diharapkan dapat memutus komunikasi politik dan mata rantai bibit separatisme dari luar negeri ke Aceh. Din Minimi bersedia menyerahkan diri setelah bernegosiasi dengan Sutiyoso selama berbulan bulan.

Menurut Politisi Partai Demokrat Dapil Sumbar itu, apa yang dilakukan oleh Sutiyoso merupakan bagian dari operasi intelijen yang perlu didukung. Operasi intelijen yang baik adalah berhasil merangkul orang yang berseberangan untuk bergabung kembali dengan pemerintah.

Upaya persuasif dengan metode dialog dan negosiasi terhadap kelompok-kelompok yang dianggap berseberangan dengan pemerintah penting untuk selalu dikedepankan dan diprioritaskan karena hasilnya akan lebih efektif dan tidak menimbulkan korban dari bangsa sendiri.

Operasi senjata hanya akan membunuh tubuh serta melahirkan dendam yang lebih banyak dalam jiwa orang lain. Tapi dengan dialog, kita bisa memahami dan bernegosiasi dari hati ke hati apa sebetulnya yang mereka kehendaki, katanya.

Ia meminta agar Sutiyoso juga menerapkan tekhnik yang sama kepada kelompok-kelompok separatis lainnya seperti di Papua dan Maluku agar kelompok-kelompok tersebut sadar dan bersedia kembali ke pangkuan ibu pertiwi (Republik Indonesia). (*)