Bel Peringatan Bencana Kemanusiaan Akibat El Nino Berdentang Kencang

id Bencana Kemanusiaan Akibat El Nino

Sydney, (Antara/Xinhua-OANA) - Sistem cuaca El Nino "ekstrem" dapat membuat 4,7 juta orang di seluruh Pasifik dilanda kelaparan, kehausan dan bencana jika masyarakat global tidak bertindak segera saat kemarau dan salju menerpa wilayah itu.

Fenomena cuaca El Nino dipicu oleh temperatur hangat permukaan laut di bagian timur Samudra Pasifik yang, secara umum, membawa kemarau ke Australia Timur, Pasifik dan beberapa bagian Asia sementara wilayah Amerika menghadapi hujan lebat dan banjir.

Papua Nugini memikul beban berat akibat pola cuaca El Nino, yang digambarkan sebagai yang paling kuat ketiga dalam 50 tahun belakangan, dan hampir tiga juta orang menghadapi kelaparan akibat gagal panen dan kemarau. Kondisi tersebut meningkatkan resiko penyakit dan dehidrasi, kata badan bantuan Oxfam di dalam satu laporan yang disiarkan pada Senin.

"Bel peringatan berdentang sangat memekakkan telinga," kata Manager Kemanusia Oxfam Australia Meg Quartermaine di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin siang. Ia menyatakan negara lain di Pasifik juga mengalami kemarau yang bertambah parah.

"El Nino besar terakhir pada 1997-1998 mengakibatkan kerugian besar --nyawa, kerusakan, pengungsian dan wabah penyakit-- di banyak wilayah di dunia. Dan El Nino tahun ini diperkirakan bahkan lebih parah lagi," kata Quartermaine.

Pemerintah Australia sudah menyampaikan komitmen sembilan juta dolar Australia (6,46 juta dolar AS) untuk mendukung Papua Nugini dan negara lain --empat juta dolar Australia (2,87 juta dolar AS) buat Somalia-- untuk mempersiapkan diri dan meringankan dampak El Nino. Namun lebih banyak dana lagi akan diperlukan.

Negara Pasifik Tengah seperti Kiribati dan Tuvalu diperkirakan menghadapi curah hujan yang lebih lebat dan mengakibatkan banjir serta permukaan air laut yang lebih tinggi.

Sebanyak 40 sampai 50 juta orang di dunia diperkirakan akan menghalapi kelaparan, penyakit dan kekurangan air sampai awal 2016, saat kondisi kemarau mencengkeram banyak bagian Afrika, Asia, Karibia dan Amerika.

Biro cuaca Australia pekan lalu menyatakan sistem cuaca El Nino, yang tampaknya adalah yang paling kuat ketiga selama 50 tahun belakangan, mendekati puncak kekuatannya dan diperkirakan berlangsung sampai musim gugur di belahan selatan negeri tersebut meskipun ada tanda pola cuaca itu mulai reda.

Southern Oscillation Index, yang mengukur perbedaan tekanan permukaan laut, telah mengembalikan catatan ke kondisi netral dalam beberapa pekan belakangan sementara hembusan angin juga telah kembali ke kondisi normal, kata Badan Meteorologi tersebut di dalam laporan terkini mengenai El Nino pada Selasa lalu (8/12).

Laporan Oxfam memperingatkan penyimpangan peristiwa El Nino pada masa depan juga telah meningkat, yang berpangkal dari perubahan iklim. Itu memberi peringatan kepada para pemimpin "yang berada dalam perjalanan pulang dari Konferensi Iklim PBB", kata Quartermaine. (*)