Ekspose Kandidat di Media Tentukan Hasil Pilkada

id Ekspose Kandidat

Jakarta, (Antara) - Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2), Rustika Herlambang berpendapat ekspose kandidat di media massa dapat digunakan untuk memprediksi kemenangan dalam Pilkada Serentak 2015.

"Media berperan besar sebagai pembentuk opini publik. Berbagai peliputan di media mampu meningkatkan keterkenalan (popularitas) seorang kandidat yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan elektabilitas kandidat tersebut," kata Rustika, di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan, berdasarkan hasil kajian I2, 11 dari 13 kemenangan kandidat dalam Pilkada Serentak 2015 bisa diprediksi dari ekspose media. I2 membuktikannya dalam delapan pemilihan gubernur dan lima pemilihan wali kota.

Seberapa banyak kandidat mendapat peliputan di media masa, kata Rustika, dapat meningkatkan keterkenalan (popularitas baik dalam arti positif maupun negatif) serta elektabilitas kandidat tersebut.

Berdasarkan pengalaman I2 dari 2012 hingga 2015, papar Rustika, cara yang paling efektif dan terukur untuk memenangkan pilkada, pileg, dan pilpres, salah satunya adalah dengan cara 'memenangkan' hati media.

"Menjaga ekspos kandidat di media menjadi sangat penting. Eskalasi ekspose media menunjukan relasi yang kuat dengan hasil pilkada," ungkap Rustika.

"I2 pernah melakukan studi pilgub, pileg, dan pilpres di Indonesia dan menemukan fakta bahwa kandidat atau partai (pada pileg) yang memiliki jumlah ekspose di media online lebih banyak dibanding kandidat lainnya sepanjang 3 bulan berturut-turut, besar kemungkinan menjadi pemenang,"papar Rustika.

Dalam prediksi kemenangan, I2 biasanya melihat beberapa hal, pertama ekspose di media secara umum; kedua, ekspose kandidat di hanya wilayah tersebut; ketiga, faktor sentimen publik terhadap kandidat tersebut.

"Bisa saja secara ekspose tinggi, namun apabila konten yang disampaikan melalui media tersebut kurang sesuai dengan harapan publik, maka kemenangan tidak akan diraihnya," ucapnya.

Berdasar pengalaman-pengalaman tersebut, hasil riset I2 yang dilakukan sejak Juni hingga Desember 2015, terlihat beberapa nama yang berpeluang besar memenangkan kompetisi. Meski demikian, 7 hari terakhir akan sangat menentukan, terutama di wilayah di mana persaingan antar kandidat berlangsung sangat ketat atau tipis.

Di wilayah Sumatera Barat, pasangan Irwan Prayitno dan Nasrul Abit menguasai ekspose media dalam 3 bulan terakhir dibanding dengan pasangan Muslim Kasim-Fauzi Bahar. Di Bengkulu, pasangan Ridwan Mukti-Rohidin Mersyah cukup kuat secara ekspos media.

Persaingan antar dua calon ini sendiri sudah terjadi sepanjang 2015. Namun demikian, pemberitaan mengenai Ridwan Mukti agak sulit untuk disaingi oleh Sultan B Najamudin. Akumulasi ekspose Sultan-Mujiono hanya meraup 43 persen dibandingkan Ridwan-Rohidin.

Pasangan Olly Dondokambey-Steven Kandouw di Pilkad Sulut mengungguli telak pasangan Maya Rumantir-Glenny Kairupan dan pasangan Benny Mamoto- David Bobihoe di media. Selain ekspose sepanjang setahun terakhir dikuasai Olly, di wilayah setempat Olly-Steven mampu meraup pemberitaan media sebanyak 68 persen hingga 2 Desember lalu.

Situasi ini juga tak jauh dari pilgub Sulteng, Longki Djanggola mampu mempertahankan popularitasnya di media sejak setahun terakhir. Pasangan Longki-Sudarto diprediksikan akan menguasai perolehan suara dibandingkan pasangan Rusdi Mastura-Ihwan Datu Adam.

Sementara itu, keramaian pemberitaan pilgub di wilayah Kalimantan justru semakin berkurang sepanjang kampanye pilkada. Ekspose masing-masing kandidat gubernur dan wakil di pilgub khususnya di Kalimantan Tengah dan Kalimantan utara justru sangat minim ekspos di media online pada masa kampanye. Situasi ini berbeda dengan ekspose cagub di daerah lainnya.

"Hal ini terjadi karena adanya penegasan dari pihak KPU pada media dan para peserta kampanye mengenai iklan dan pemberitaan di media. Apabila ada media yang tidak adil memberitakan para kandidat, mereka bisa dilaporkan di Bawaslu. Walhasil, bilapun ada ekspos biasanya berasal dari pemberitaan nasional," kata Rustika.

Dengan data yang sangat terbatas, di Kaltara, incumbent Irianto Lambrie dengan pasangannya Udin Hianggio mendominasi pemberitaan. Di Kalimantan Selatan, secara kecenderungan tren pasangan Muhidin-Farid Hasan bertarung kuat dengan pasangan Sahbirin-Rudy.

Situasi itu juga terlihat dalam ekspose pemberitaan calon walikota Surabaya, Tri Risma-Wisnu Sakti, calon walikota Solo FX Rudyatmo-Achmad Purnomo, pasangan calon walikota Semarang Hendrar Prihadi-Hevearita Gunaryanti, pasangan walikota Denpasar Rai Dharmawijaya-IGN Jayanegara, Tangerang Selatan Airin Rachmi-Benyamin Davnie, dan calon walikota medan Dzulmi Eldin dan Ahyar Nasution.

Namun demikian, situasi itu ternyata berbanding terbalik dengan ekspose pasangan cagub di Jambi, di mana Hasan Basri Agus-Edy Purwanto lebih mendominasi pemberitaan di media dibandingkan dengan pasangan Zumi Zola-Fachrori Umar. Sekitar 60 persen pemberitaan dikuasai oleh Hasan Basri (incumbent) dan Edi.

Di lapangan, situasi berlangsung cukup panas, mengingat Zumi Zola, mantan artis memanfaatkan popularitasnya untuk menjaring pemilih di berbagai daerah pemilihannya. Tujuh hari sebelum pilkada yang rupanya menjadi penentu kemenangan Zumi Zola. Dalam "quick count", pasangan Zumi Zola dinyatakan menang.

Persaingan cukup ketat juga terjadi di wilayah Kepulauan Riau. Kompetisi ini diikuti oleh gubernur petahana melawan wakil gubernur petahana. Bila dalam setahun sebelumnya, ekspose M Sani menguasai pemberitaan, maka situasi itu berbalik sejak Oktober 2015 hingga awal Desember, di mana ekspose Soerya lebih unggul. Perbedaan ekspos media cukup tipis, yakni 52 persen melawan 48 persen, dimenangkan oleh Soerya-Ansar Ahmad.

Melesetnya dua daerah ini, kata Rustika, ke depan perlu dikaji lebih dalam terhadap prediksi kemenangan pilkada dari sudut analisis media.

"Dari 13 daerah yang diteliti, ada 2 yang meleset Ini berarti prediksi terhadap hasil pilkada harus lebih dikaji dari konten yang disampaikan kandidat-kandidatnya melalui media," tuturnya.

Meski demikian, Rustika masih menekankan bahwa media masih merupakan salah satu alat untuk melakukan evaluasi dan strategi dalam pemenangan pilkada.

I2 merupakan sebuah perusahaan di bidang intelijen media, analisis data, dan kajian strategis dengan menggunakan software AI (Artificial Intelligence). Dalam hal pilkada, data berasal dari 309 media online di Indonesia. (*)