BI Proyeksi Ekonomi Triwulan II-2015 Tumbuh 4,7 Persen

id Proyeksi, Ekonomi, Triwulan, II-2015

BI Proyeksi Ekonomi Triwulan II-2015 Tumbuh 4,7 Persen

Agus Martowardojo. (ANTARA FOTO)

Jakarta, (AntaraSumbar) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memproyeksikan laju pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan II-2015 akan mencapai level 4,7 persen, relatif hampir sama dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya.

"Kami lihat (pertumbuhan ekonomi triwulan II) tidak terlalu baik, kurang lebih seperti Q1 (4,71 persen)," ujar Agus di Jakarta, Rabu malam.

Kendati pertumbuhan ekonomi relatif stagnan dibandingkan triwulan sebelumnya, Agus masih optimistis ekonomi akan lebih terdongkrak pada sisa enam bulan mendatang.

"Tentu kita harus bisa kejar itu. Kalau nanti kan (semester II) andalan utamanya spending pemerintah, investasi, dan konsumsi domestik," kata Agus.

Oleh karena itu, lanjut Agus, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2015 akan relatif bias ke bawah dari perkiraan bank sentral yakni di kisaran 5 persen.

"Makanya kalau kita prediksi 5-5,4 persen ya bias ke bawah lah. Indonesia perlu memperhatikan pertumbuhan ekonomi semester dua supaya sepanjang tahun bisa mencapai 5-5,4 persen. Tapi kalau seandainya di triwulan dua belum menggembirakan, tentu di semester dua harus tinggi," ujar Agus.

Sebelumnya, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 sebesar 4,7 persen atau melemah dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen, karena dampak dari reformasi struktural yang dilakukan pemerintahan baru belum terlihat sepenuhnya.

Kondisi yang kurang mendukung seperti rendahnya harga komoditas dan melemahnya pertumbuhan investasi juga terus menekan sehingga ekonomi Indonesia maju perlahan.

Perekonomian Indonesia dinilai masih terpengaruh dari tekanan eksternal seperti kemungkinan normalisasi kebijakan suku bunga acuan The Fed (Bank Sentral AS) serta kelesuan ekonomi di negara tujuan ekspor seperti Tiongkok.

Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2015 yang hanya tercatat 4,71 persen, atau merupakan tingkat pertumbuhan paling lambat sejak 2009, akibat konsumsi rumah tangga dan investasi yang ikut mengalami kontraksi. (*)