Harga Sawit di Pessel Anjlok Menjadi Rp700 per Kilo

id Harga Sawit Anjlok

Painan, (Antara)- Harga Tandan Buah Segar (TBS) kebun rakyat di Kabupaten Pesisir Selatan kembali anjlok dari harga sebelumnya Rp750 menjadi Rp700 per kilogram.

Seorang petani di Kecamatan Lengayang, Pilis (50), Minggu (28/6), mengatakan harga ini berlangsung sejak dua hari terakhir.

"Kemarin masih Rp750 tapi sekarang semakin murah menjadi Rp700 per kilogram," katanya.

Dia mengatakan murahnya harga TBS jelang hari Raya Idul Fitri sudah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir.

"Memang setiap menjelang hari Raya Idul Fitri harga TBS selalu murah, dan ini berlangsung setiap tahunnya," katanya.

Petani lain, Rido (30) mengatakan murahnya harga TBS membuatnya rugi.

"Tentu kami sebagai petani dirugikan di tengah harga sembako yang semakin naik, TBS kami malah dibeli dengan harga murah," katanya.

Dia berharap pemerintah memperhatikan nasib petani kelapa sawit dan segera mencarikan solusi.

Sebelumnya, sejumlah petani sawit di kabupaten itu, mengeluhkan murahnya harga TBS.

Seorang petani, Maer (64) di Kecamatan Lengayang mengatakan keluarganya hanya menggantungkan ekonomi dari bertani kelapa sawit.

"Sekali panen saya dapat 1,5 ton. Hasil penjualan di kurang ongkos angkut dan ongkos panen, sisanya tidak seberapa," katanya.

Dia menjelaskan, dengan hasil sawit itu dia menghidupi satu istri tiga orang anaknya.

"Dua anak saya masih sekolah. Yang satunya tidak sekolah lagi. Kami bersyukur saat harga sawit murah, anak-anak sedang libur," katanya.

Dia mengatakan, sudah beberapa tahun belakangan tidak memupuk lahan kelapa sawit karena harga buahnya yang murah.

Ia juga berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi kondisi ini.

Petani lain, Irul (52) juga menyesalkan murahnya harga TBS kelapa sawit.

"Kalau tidak kami panen tentu semakin rugi, saat ini kami seperti memanen kelapa sawit di kebun orang karena uang penjualannya sama seperti gaji harian," katanya.

Dengan kondisi seperti ini, kata dia, jangankan untuk membeli pupuk, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari harus mencari kerja sampingan.

"Masih bagus kalau masih muda, kalau sudah tua bisa kerja apa," katanya.

Sementara itu, Bupati Pesisir Selatan, Nasrul Abit mengatakan rendahnya harga sawit disebabkan tidak seimbangnya jumlah perusahaan pengelola crude palm oil (CPO) dengan luas lahan sawit yang ada di kabupaten itu. Selain itu sulitnya pengendalian harga TBS akibat panjangnya rantai perdagangan.

Untuk meminimalkan segala persoalan harga sawit ke depan, pihaknya membuka peluang bagi para investor untuk berinvestasi mendirikan pabrik CPO di kabupaten itu.

Lokasi yang cocok untuk membangun pabrik CPO di kabupaten itu yakni Kecamatan Lengayang, Kecamatan Sutera. Sedangkan di bagian selatan kabupaten itu yakni Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan dan Lunang.

Lahan tanam perkebunan sawit yang tersedia di kabupaten itu saat ini, khususnya milik masyarakat mempunyai luas sekitar 21.412 hektare, tersebar di 10 kecamatan dari 15 kecamatan yang ada.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Fajarudin mengatakan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan belum menetapkan harga bersama tandan buah segar (TBS) kelapa sawit.

Menurutnya, walaupun di Pesisir Selatan hanya ada beberapa perusahaan kelapa sawit, namun itu bukan penghalang untuk menentukan harga.

"Yang mengeluarkan izin operasional perusahaan itu kabupaten jadi tidak ada masalah," katanya.

Dalam menentukan standar harga ini, menurutnya, ada tiga aspek yang harus diperhatikan, yakni rendemen kelapa sawit, umur kelapa sawit, faktur kontrak perusahaan baik di dalam maupun luar negeri.(cpw10)