Padang, (Antara) - Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) harus serius mengembangkan dan meningkatkan produksi kakao, agar penanam modal bersedia datang untuk mendirikan pabrik pengolahan kakao di daerah itu.
"Saat ke London bersama Wakil Presiden beberapa hari lalu, kami bertemu dengan pengusaha kakao dunia. Di situ terungkap, bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang potensial untuk mengembangkan budidaya kakao," kata Wakil Gubernur Sumbar, Muslim Kasim di Padang, Selasa.
Menurutnya, sejumlah pengusaha kakao dari beberapa negara yang hadir dalam pertemuan itu tertarik menanamkan modalnya untuk mendirikan pabrik pengolahan kakao di Indonesia.
"Hanya saja, produksi kakao di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Sumatera Barat, saat ini belum optimal. Padahal investor menginginkan itu," katanya.
Dia mengatakan, investor baru bersedia membangun pabrik pengolahan, jika minimal produksi kakao di daerah itu mencapai 200 ribu ton per tahun.
Berdasar catatan Dinas Perkebunan Sumbar, saat ini areal produksi kakao Sumbar mencapai 155 ribu hektare dengan hasil produksi 80 ribu ton sampai 124 ribu ton.
"Untuk itu diperlukan perluasan lahan kakao minimal 200 ribu hektare lagi untuk memenuhi target 200 ribu ton per tahun," katanya.
Dia mendorong agar semua pihak di Sumbar untuk serius dan tidak setengah-setengah dalam menggarap kakao.
Secepatnya, kalau bisa dalam setahun ini, harus dilakukan perluasan lahan kakao untuk mencapai produksi 200 ribu ton per tahun. Kalau itu tercapai, saya yakin dengan sendirinya investor akan datang menawarkan pendirian pabrik pengolahan, katanya.
Menurut Wagub, selain perluasan perkebunan kakao, untuk meningkatkan produksi kakao juga harus digencarkan penyuluhan bagi petani tentang bagaimana perawatan pohon kakao agar menghasilkan buah yang banyak.
Kakao yang daunnya lebat itu buahnya sedikit, sebaliknya kalau daunnya jarang buahnya banyak dan besar. Petani harus tahu itu melalui penyuluhan tentang pemangkasan secara berkala. Mereka juga perlu dibantu dengan bibit kakao yang bersertifikasi, ujarnya.
Selain itu, menurutnya, untuk menghasilkan biji kakao yang berkualitas, masyarakat harus diarahkan melakukan fermentasi sebelum mengeringkan biji kakao.
"Selama ini, masyarakat cenderung langsung menjemur biji kakao tanpa fermentasi, sehingga harga jualnya pun tidak terlalu tinggi, berkisar 30 sampai 35 ribu rupiah per kilogram. Sementara jika melalui fermentasi dulu, biji yang dihasilkan lebih berkualitas dan harga diatas 35 ribu rupiah per kilogram," katanya.
Dia menambahkan, petani kakao Sumbar juga harus diberikan bantuan teknologi pengolahan kakao, agar mereka tidak lagi menjual kakao dalam bentuk mentah, tetapi kakao setengah jadi berupa minyak kakao, atau bubuk kakao.
Kepala Dinas Perkebunan Sumbar, Fajarudin mengatakan, kakao memang merupakan salah satu komoditi unggulan Sumbar selain kopi.
"Kami terus berupaya agar petani kakao ini terus mendapatkan informasi terkait pengolahan kakao yang baik dan menguntungkan mereka," katanya.
Menurutnya, untuk pengolahan kakao saat ini sudah ada beberapa pabrik kecil yang berdiri, salah satunya di Kota Payakumbuh. (*)
Berita Terkait
Kejari Pasaman Barat nilai perkara pencabulan persoalan serius dan harus ada penanganan
Rabu, 24 April 2024 18:14 Wib
Pemkab Pasaman Barat sebut penanganan serius terhadap narkoba
Kamis, 21 Maret 2024 15:51 Wib
Diduga pemicu bencana, warga Lubuk Nyiur harapkan aparat harus serius tindak ilegal logging
Jumat, 15 Maret 2024 13:28 Wib
Pj Wako Payakumbuh pastikan Pemko serius melawan korupsi
Rabu, 6 Maret 2024 15:55 Wib
AHY: Kementerian ATR serius basmi mafia tanah di Indonesia
Senin, 4 Maret 2024 20:47 Wib
TKN sebut Prabowo-Gibran serius wujudkan makan siang dan susu gratis
Sabtu, 17 Februari 2024 11:41 Wib
Anies ingin struktur pertahanan siber dibangun serius
Minggu, 7 Januari 2024 20:21 Wib
Bawaslu: Distribusi logistik daerah terisolir dapat perhatian serius
Senin, 11 Desember 2023 18:22 Wib