Keluar dari Yaman di Antara Desingan Peluru

id Sumatera Barat, Mahasiswa, Yaman, Tanah Air, BIM

Suasana areal kedatangan penumpang di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), terlihat ramai oleh puluhan awak media, Sabtu (18/4) malam.

Sejak pukul 19.00 WIB puluhan keluarga dan orang tua juga terlihat penuh harap, menunggu kedatangan anak mereka yang sebelumnya menuntut ilmu di Yaman, dan dievakuasi ke Tanah Air akibat perang di negara itu.

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno ikut hadir menunggu kedatangan 24 mahasiswa asal Sumbar yang dievakuasi ke Tanah Air dan diterbangkan ke Padang.

Tepat pukul 23.00 WIB pesawat udara yang mengangkut 24 mahasiswa tersebut mendarat setelah mengalami keterlambatan sekitar satu jam.

Penumpang lain yang turun dari pesawat terlihat bingung mengapa begitu ramai jurnalis di areal kedatangan penumpang.

Serombongan anak muda yang menggunakan gamis serta peci berjalan menuju area kedatangan penumpang yang telah sesak oleh para orang tua yang menunggu.

Suasana pecah oleh keharuan saat mereka berjumpa dengan keluarga, isak tangis silih berganti sembari berpelukan. Mereka seakan tak percaya anak mereka tiba dengan selamat di Padang.

"Alhamdulillah, permata hati kami kembali dengan selamat, kami hanya bisa berdoa dan akhirnya Hafizh anak kami tiba di Padang," ujar Edi Asman, ayah dari Asyam Hafizh.

Ia mengucapkan terima kasih kepada pemerintah serta Pemprov Sumbar yang selama ini telah ikut peduli memfasilitasi mahasiswa Sumbar yang ada di Yaman agar dapat kembali dengan selamat.

Edi berharap kondisi di Yaman segera pulih sehingga anaknya dapat kembali untuk menyelesaikan perkuliahan yang terbengkalai.

Sementara Anggi Maulana, mahasiswa asal Solok merasa senang bisa pulang, walaupun harus meninggalkan perkuliahan.

"Saya berharap konflik di Yaman dapat selesai secepatnya, sehingga bisa kembali ke Yaman untuk menyelesaikan kuliah," ujarnya.

Asyam Hafizh, mahasiswa Universitas Al Baihani Yaman menceritakan setelah proses kepulangan berkali-kali gagal, akhirnya mereka dapat dievakuasi menggunakan kapal laut pada Senin (13/4).

Sebelumnya, ia bersama sejumlah mahasiswa dari Sumbar sempat terjebak di Asrama Arbithah Attarbiyah Al Islamiyah akibat konflik senjata yang terjadi.

Berkali-kali mereka gagal dievakuasi karena kontak senjata masih terus terjadi, bahkan saat sudah sampai di pelabuhan suasana tegang karena ada peluru nyasar.

Akhirnya, pada Senin (13/4) ketua perhimpunan mahasiswa Indonesia mengabarkan bahwa kapal untuk evakuasi telah tiba di Pelabuhan Aden dan semua mahasiswa diminta mempersiapkan diri.

Ia mengatakan saat menuju ke pelabuhan dentuman bom keras terdengar. Mereka sempat disuruh masuk ke dalam masjid terdekat untuk berlindung.

"Setelah sempat berlindung di masjid kami menduga evakuasi akan kembali batal mengingat situasi di luar yang cukup membahayakan sehingga mahasiswa memilih untuk beristirahat," ujar dia.

Setelah tiga jam berlalu, tiba-tiba seluruh rombongan dibangunkan dan disuruh segera bergerak menuju pelabuhan.

"Ayo bangun, sekarang saatnya kalian pulang," ucap pengurus asrama kepada seluruh mahasiswa.

Tiba di pelabuhan saat hendak naik kapal kondisi cukup menegangkan, karena ada peluru nyasar, lanjut dia

Perjalanan di kapal selama 20 jam dirasakan berat bagi Hafizh dan kawan-kawan karena kondisi kapal yang kurang memadai serta kurangnya persediaan makanan.

Selain ombak yang besar, makanan juga kurang, apalagi di kapal juga mengangkut mahasiswa asal Malaysia dan Thailand, sehingga kondisinya ramai, kata dia.

Setelah menempuh perjalanan laut selama 20 jam menuju Djibouti, Afrika, para mahasiswa Sumbar itu diterbangkan ke Jakarta dan pada Sabtu (18/4) pukul 23.00 WIB mendarat di Bandara Internasional Minangkabau.

Ia menyebutkan mahasiswa Sumbar yang dievakuasi dari Kota Aden berjumlah 26 orang, sebagian telah dijemput keluarga di Jakarta, sedangkan yang lainnya diterbangkan ke Padang.

"Alhamdullilah akhirnya bisa pulang ke Padang, kabar terakhir setelah kepergian kami, sebagian wilayah asrama Arbithah Attarbiyyah Al Islamiyyah di bagian kanan hancur, apakah terkena rudal atau tembakan tank," lanjutnya.

Menurut dia saat ini aktivitas perkuliahan diliburkan dan pihak kampus meminta mahasiswa kembali ke Tanah Air sampai situasi kondusif.

"Setelah perang usai dan situasi aman, kami akan kembali menyelesaikan studi ke Yaman," ujar dia.

Menurutnya pihak kampus telah memberikan jaminan begitu situasi telah normal semua mahasiswa Indonesia dapat kembali menyelesaikan studinya.

Ia bersyukur semua dapat kembali ke Tanah Air dengan selamat karena selepas meninggalkan Yaman berdasarkan informasi yang diperoleh terjadi perang besar untuk yang keempat kali.

Hafizh mengatakan pengalaman berharga yang berkesan saat konflik terjadi adalah ia melihat langsung bagaimana terjadinya konflik di Yaman yang menurut para guru di sana merupakan tanda-tanda akhir zaman.

Kelak ia akan menceritakan apa yang dilihat langsung di Yaman sebagai pengalaman berharga dalam berjuang menuntut ilmu.

Sementara Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengimbau mahasiswa yang telah dievakuasi tetap bertahan di kampung halaman terlebih dahulu, sembari menunggu kondisi di Yaman berangsur kondusif.

"Saya minta adinda semua bertahan dulu hingga kondisi benar-benar membaik, di kampung halaman masing-masing, bisa membagi ilmunya melalui kegiatan agama di masjid," katanya.

Terkait kelanjutan studi di Yaman Irwan mengatakan Pemprov Sumbar akan mengupayakan bantuan dengan syarat kondisi telah betul-betul aman.

Ia meminta mahasiswa tidak perlu khawatir, tidak bisa kembali ke Yaman dan Pemprov dengan DPRD Sumbar akan mengupayakan memberikan bantuan melalui anggaran daerah. (*)