Puan: Sukoharjo Pusat Jamu Terbesar di Jawa

id Puan: Sukoharjo Pusat Jamu Terbesar di Jawa

Sukoharjo, (Antara) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani mengatakan bahwa Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah, merupakan salah satu pusat jamu terbesar di Pulau Jawa. "Sukoharjo kabupaten yang pertama dideklarasikan sebagai salah satu pusat jamu di Indonesia," kata Puan Maharani disela acara peresmian Gedung Pusat Promosi Potensi Daerah Graha Wijaya, di Sukoharjo, Selasa. Gedung Graha Wijaya yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman Sukoharjo tersebut, berlatai tiga dengan sekitar 84 toko/kios sebagai pusat promosi potensi daerah, termasuk kuliner jamu tradisional di daerah itu. Menko Bidang PMK dalam kesempatan itu mengatakan, pihaknya ada pontensi di Kabupaten Sukoharjo untuk dikembangkan yakni jamu sebagai warisan budaya nasional. Warisan budaya bangsa secara turun temurun ini harus tetap dikembangkan dan bangkitkan. Oleh karena itu, kata Menko PMK, upaya yang dapat mewujudkan kemakmuran bangsa dan hal ini hanya bisa dilakuklan dengan cara bergotong-royong. Salah satunya yang kini sedang dilakukan melalui upaya koordinasi dan sinergi ke pembangunan manusia dan kebudayaan adalah gerakan masyarakat usaha berbasis gema berbudaya. Menurut Menko PMK, program gerakan pemerintah bersama rakyat tersebut memiliki daya tahan produk dalam negeri, termasuk jamu akan meningkatkan produksivitas gerakan ini. Menko PMK menjelaskan, gerakan masyarakat usaha berbasis budaya adalah gerakan pemerintah bersama rakyat yang dipusatkan di Sukoharjo sebagai salah satu pusat jamu terbesar di Jawa. Dengan temanya, "Sinergitas Program Strategis Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Jamu". Menurut Puan Maharani, melalui kegiatan tersebut diharapkan pengembangan usaha jamu sebagai salah satu produk unggulan dan warisan budaya bangsa menjadi bagian dari kekuatan ekonomi rakyat yang akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan kerja dan kesejahteraan. Selain Menko PMK Puan Maharani, acara tersebut juga hadir Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Yasonna H Laoly, dan Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya. Menurut Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, pihaknya apresiasi gerakan minum jamu di Sukoharjo dan mendeklarasikan kabupaten jamu. Puspayoga menuturkan, jamu sebagai warisan budaya Indonesia menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Jamu akan menjadi daya saing di tingkat internasional, diharapkan ke depan bisa menguasai pasar internasional. Sehingga dapat meningkatkan devisa. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise mengatakan, pihaknya baru pertama hadir di Sukoharjo, dan apresiasi kepada ibu-ibu Sukoharjo yang mempromosikan jamu tradisional sebagai warisan budaya Indonesia. "Kami di daerah Papua sudah mengenal jamu dari Solo, karena penjual jamu gendongan di daerahnya berasal dari Solo. Sehingga, jamu ini sudah dikenal di seluruh Indonesia," ujar Yohana Yembise. Menkumham Yasonna H Laoly mengatakan, pihaknya mendapatkan kehormatan bisa hadir dalam acara di Sukoharjo ini, karena ada upaya pemberdayaan ekonomi rakyat yang bertajuk kekayaan nasional. Pihak apresiasi bahwa bupati Sukoharjo mendedikasikan membangun gedung yang bagus tersebut untuk pemasaran jamu di Sukoharjo. Presiden Direktur PT Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan pihaknya sebagai pengusaha jamu tentaunya membuat formula untuk memproduksi jamu. Menyinggung soal program gerakan pemerintah tersebut, Irwan Hidayat menjelaskan, pihaknya sudah sejak 10 tahun hingga sekarang terus melakukan kerja sama dengan para petani obat di Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali sebagai mitra kerja. Selain itu, pihaknya juga mengadakan pelatihan-pelatihan kepada kelompok usaha jamu dari bibit, pemeliharaan hingga pascapanen. "Kita membantu dalam pemasaran dengan membeli hasil panen mereka seperti jenis kunyit membutuhkan untuk prosuksi dua hingga tiga ton per hari, begitu juga jahe dan kencur," tuturnya. Kendari demikian, kata Irwan Hidayat, yang terpenting usaha dapat dinikmati banyak orang. Pihaknya melakukan kerja sama dengan usaha jamu tentang penyediaan bahan baku. "Kami sudah memberikan karpet merah pemasaran kepada pengusaha jamu tradisional. Kami kebutuhan bahan baku empon-empon sekitar 40 ton per bulan," tukasnya. (*/jno)