P3A Sawah Tangah Gelar Acara Tolak Bala

id P3A Sawah Tangah Gelar Acara Tolak Bala

P3A Sawah Tangah Gelar Acara Tolak Bala

Berjalan beriringan sambil membacakan thahlil dan ayat suci Al Quran.

Solok, (Antara) - Berjalan beriringi mengitari sepanjang persawahan yang ada di Sawah Solok, Persatuan Petani Pemakai Air (P3A) Sawah Tangah, kota Solok, Provinsi Sumatera Barat, Rabu (25/2), menggelar tradisi tolak bala. Tradisi tersebut sudah diwariskan secara turun temurun, dan dilaksanakan setelah penanaman padi, dengan harapan agar mereka mendapatkan hasil yang melimpah dan tanaman selamat dari gangguan hama. Terlihat puluhan petani yang dipimpin oleh salah seorang tua adat kota Solok, Rusli Khatib Sulaiman, berjalan beriringan mengitari sepanjang persawahan sambil membacakan Thahlil, shalawat Nabi, dan seruan ayat suci Alquran. Selain itu pada jarak yang telah ditentukan mereka berhenti dan berzikir bersama. Rusli mengatakan, prosesi tolak bala dilakukan dua atau tiga kali setelah masa tanam padi hingga masa panen datang, dan biasanya diawali setelah padi berumur satu minggu atau lebih. "Dalam pelaksanaannya, kami berjalan sambil membacakan Khalimah Tuhan, hingga sampai jarak 100 meter atau 200 langkah, kami berhenti dan berzikir bersama," katanya. "Allah akan mendengar permintaan umatnya, dan Allah lah yang akan memberikan keselamatan," ujar Rusli Khatib Sulaiman. Diakuinya, sejak 1960 tradisi tersebut sempat terlupakan dan tidak dibisakan lagi, hingga pada 2009 setelah Yutris Can dipercayai memimpin P3A Sawah Tangah, dia kembali mengarahkan petani untuk memberlakukan tradisi lama, yakni berserah diri kepada Sang pencipta. Sementara itu, Ketua P3A Sawah Tangah, Yutris Can, mengatakan, kegiatan tersebut merupakan sebuah upaya dalam mempertahankan dan mencapai target ketahanan pangan secara nasional, dengan meminta keselamatan dan ridho kepada-Nya, hasil panen dipercayai dapat ditingkatkan. Untuk mencapai ketahanan pangan tersebut, diharapkannya, masyarakat petani dan pemerintah daerah setempat dapat mempertahankan jumlah lahan persawahan yang ada, selain untuk memenuhi kebutuhan pokok, hal tersebut juga bertujuan untuk mempertahankan ciri atau sebutan kota Solok sebagai kota penghasil beras. Dalam kesempatan lain, Yerman (50) salah seorang anggota P3A, mengakui, setelah tradisi tersebut tidak dibiasakan lagi, petani dalam upaya memberantas hama tikus dan hama lainnya melakukan penyorderan pematang sawah dengan belerang, atau juga petani mempergunakan racun tikus, namun usaha tersebut tidak menuai hasil yang baik, selain pematang sawah menjadi rusak dan kering, tikuspun bertambah banyak. "Setelah kami kembali meyakini dan melaksanakan tradisi tersebut, hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan," imbuhnya. Dalam pelaksanaan tolak bala juga diikuti oleh ketua P3A Sawah Tangah, Yutris Can, unsure Dinas Pertanian, Lurah, serta seluruh petani padi yang berkesempatan hadir pada waktu itu. (cpw5)