Puasa Kunci Kemajuan Bangsa

id Puasa Kunci Kemajuan Bangsa

Puasa Kunci Kemajuan Bangsa

Irwan Prayitno

Apa yang menyebabkan sebuah negara menjelma menjadi sebuah negara maju, makmur dan sejahtera? Negara-negara Eropa, misalnya. Semua serba ada di sana, income per kapita penduduknya terpaut jauh dengan negara lain. Atau ambilah contoh negara di Asia seperti Jepang, Korea, atau Singapura, misalnya. Apakah karena sumberdaya alam negara mereka melimpah ruah yang membuat mereka sejahtera? Ternyata tidak. Jepang misalnya, tidak satupun bahan tambang yang mereka miliki. Minyak, aspal, besi, semen dan seterusnya, semua mereka impor dari negara lain. Begitu juga Korea, sebuah negara kecil yang juga tidak memiliki kekayaan alam yang bisa diandalkan. Yang terjadi adalah konflik dan perang saudara berkepanjangan. Singapura apalagi, jangankan bahan tambang dan kekayaan alam, air, pasir dan hampir semua kebutuhan penduduknya didatangkan dari negara lain. Lalu apa yang membuat mereka sukses dan sejahtera? Berdasarkan pengamatan dan tak terbantahkan, yang membuat mereka berbeda adalah prilaku dan sikap mental mereka. Mereka pekerja keras dan sangat disiplin. Karena sumbedaya alam yang mereka miliki terbatas, maka mereka hemat dan penuh perhitungan. Berbagai inovasi terus digali agar pemanfaatan sumberdaya alam lebih efisien, lebih baik dan lebih baik lagi. Kebersihan dan lingkungan dijaga agar masyarakatnya tidak mudah sakit dan selalu produktif. Sakit dalam kacamata mereka adalah pemborosan yang bisa dicegah sejak dini. Islam telah lama mengajarkan sikap dan prilaku-prilaku teladan seperti yang dilakukan masyarakat di negara maju tersebut. Puasa misalnya, terutama puasa di bulan Ramadhan, merupakan sebuah isyarat bahwa manusia disuruh berhemat, mengendalikan hawa nafsu dan tidak menghambur-hamburkan sumberdaya alam secara berlebihan. Fakta yang cukup menyedihkan adalah kita terpaksa mengimpor gula, terigu, cabe, beras bahkan daging sapi dan berbagai kebutuhan pokok lainnya dari negara lain. Saya tulis terpaksa karena impor tersebut kita lakukan sebagai pilihan terburuk sebagai sebuah pemborosan devisa. Padahal sumberdaya alam kita tersedia berlimpah. Lalu kalau kita lihat kenapa produk-produk Jepang bisa merajai pasaran, terutama elektronik dan kendaraan bermotor? Jawabannya adalah mereka memberikan kejujuran. Kejujuran akan berimplikasi kepada kepercayaan. Kejujuran yang mereka tawarkan di sini adalah produk Jepangadalah yang terbaik, persis seperti apa yang mereka janjikan. Tidak ada kebohongan dan tipu daya di sana. Akibatnya timbullah kepercayaan terhadap produk-produk Jepang, terutama elektronik dan kendaraan bermotor, di seluruh dunia. Akibatnya Jepang menjelma menjadi negara kaya raya. Apapun bisa mereka beli. Begitu juga barang-barang yang keluar dari Singapura, meski barang-barang tersebut bukan diproduksi di Singapura, tapi Singapura menambahkannya dengan jaminan, baik berupa kualitas, ketersediaan barang, proses penjualan dan pasca penjualannya. Maka orang dari manca negara pun berduyun-duyun berbelanja ke Singapura, termasuk Indonesia. Padahal Nabi Muhammad SAW telah sejak ribuan tahun lalu mengajarkan dan mengamanahkan kepada umat Islam aspek kejujuran dalam berniaga. Katakan barang tersebut baik jika barang dagangan itu memang baik dan katakan terus terang jika barang tersebut memiliki kelemahan jika memang memiliki kelemahan atau cacat. Dilarang pula mengurangi timbangan. Puasa selama sebulan penuh melatih dan mengingatkan kembali agar agar umat Islam memiliki nilai-nilai yang dimiliki dan menjadi syarat pokok masyarakat sebuah negara maju tersebut. Bahkan lebih lengkap dari itu. Mereka di negara maju saat ini merasa timpang dan ada yang kurang, meski mereka kaya raya. Kekurangannya adalah mereka lemah dalam praktek ibadah dan hubungan dengan Tuhan. Hubungan secara horizontal baik (hambluminannas), tapi tidak baik dalam hubungan vertikal dengan Tuhan (hambluminallah). Dalam puasa selama bulan Ramadhan semua nilai-nilai itu lengkap diajarkan dan umat Islam disuruh melatihnya selama sebulan penuh. Tinggal kita mengamalkan dan mengahayatinya secara benar. Jika semua amalan selama bulan puasa itu dilakukan bangsa Indonesia secara benar dan terus diperbaiki dan disempurnakan dari tahun ke tahun, saya yakin bangsa kita akan menjadi bangsa yang maju dan makmur. Malah lebih lebih baik dari bangsa lain, maju dan makmur di dunia, namun juga maju, makmur dan sejahtera di akhirat. Amiin.... ***