Dilema Pejuang Zakat
Begitu banyak orang yang butuh untuk dibantu, tapi lembaga ini punya keterbatasan. Dilema sering sekali terasa ketika ada orang sakit, butuh biaya berobat tapi lembaga tidak bisa memberikan penuh sesuai kebutuhan mereka.
Dilema ketika ada orang tua datang mengadukan nasib anaknya yang punya prestasi bagus, punya cita-cita tinggi, tapi tidak ada biaya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Berkali pula kami dilema ketika seorang ibu datang menceritakan bahwa dia adalah seorang ibu tulang punggung keluarga. Sejak suaminya meninggal, dia harus membiyai lima orang anak yang masih butuh dicarikan makan dan biayaa sekolah.
Ada kalanya kami bisa membantu mereka walaupun tidak banyak, tapi ada kalanya kami hanya bisa mengobat rasa sedih mereka dengan senyum dan penguatan. Bahwa pasti ada jalan keluar dari semua permasalahan mereka.
Dilema berbeda terjadi lagi, ketika masih banyak ternyata masyarakat yang belum sukses kami ajak untuk bisa lebih banyak lagi berbagi dan peduli kepada kaum dhuafa. Padahal mereka orang berada, sehat dan cukup.
Memang, butuh waktu tidak sebentar dan butuh proses yang tidak pendek untuk hasil yang besar. Maka maksimalkanlah edukasi. Keyakinan ini yang selalu menjadi motivasi sehingga kami berusaha lagi, lagi dan lagi.
Baru-baru ini kami coba menawarkan program kesehatan yang kami sebut LKC (Layanan Kesehatan Cuma-Cuma) kepada beberapa lembaga baik swasta dan BUMN, dengan harapan ada titik terang untuk mengatasi permasalahan kesehatan begitu banyak dhuafa yang mengajukan permohonan bantuan. Jangankan memberikan kesempatan untuk kami menjelaskan mimpi besar pengobatan gratis untuk masyarakat miskin, penawaran langsung saja ditolak dengan alasan klise "tidak punya budget".
Sedih memang, tapi apapun yang terjadi kami masih yakin dan optimis bahwa apa yang kami lakukan hari ini adalah sebuah perjuangan dan pengabdian tak ternilai. Doa-doa keberkahan yang dilantunkan oleh para mustahik yang datang ke kantor dan kami temui di lapangan selalu menjadi kekuatan tersendiri.
Harap dan doa selalu, semoga suatu saat masyarakat kita sampai pada titik berlomba-lomba dalam sedekah, berlomba-lomba dalam kebaikan. Sehingga berkah dari zakat, infak dan sedekah dapat dirasakan kita rasakan. Seperti masa masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz. Terbukti, bahwa zakat dapat menuntaskan semua permasalahan kedhuafaan.
Pada masa Umar bin Abdul Aziz, kesadaran, kepahaman orang dalam menunaikan zakat, infak dan sedekah begitu tinggi. Sejarah mencatat bahwa pemerintah harus menyalurkan zakat tersebut ke luar negeri karena di dalam negerinya sudah tak ada lagi orang yang layak menerima zakat.
Bukti sejarah itu turut menjadi inspirasi bagi pejuang-pejuang zakat hari ini untuk terus bekerja.(*)