Kurangi Polusi, Warga Permukiman Kumuh Kenya Gunakan Kompor Etanol

id Kurangi Polusi, Warga Permukiman Kumuh Kenya Gunakan Kompor Etanol

Nairobi, (Antara/Xinhua-OANA) - Rapheal Maina, warga permukiman kumuh yang terdapat di Nairobi, telah menggunakan arang kayu dan minyak tanah untuk memasak makanan di rumahnya sejak ia pindah dari tempat tinggalnya selama 20 tahun di daerah pedesaan. Namun, asap yang keluar dari cara masak seperti itu telah sangat merugikan kesehatannya. Maina mengatakan kepada Xinhua di Ibu Kota Kenya, Nairobi, bahwa ia merasa gembira saat ia mengetahui bahwa kompor etanol bisa digunakan untuk memasak tanpa mengeluarkan asap. Ia adalah satu dari lebih 600 orang yang sejauh ini telah mengganti kompor arang dan minyak tanah mereka dengan kompor inovatif yang menggunakan etanol. Data pemerintah menunjukkan sebanyak 14.300 orang meninggal karena terpajan asap beracun dari kompor dan pemanas sederhana di rumah mereka. Sebagian besar kejadian itu disebabkan oleh fakta bahwa tak kurang dari 70 energi primer di Kenya berasal dari biomassa atau arang kayu. Itu adalah ciri khas pembakaran di tempat terbuka atau kompor arang kayu yang tidak efisien. Banyak ahli mengatakan itu adalah penyebab utama penyakit saluran pernafasan dan infeksi mata di kalangan perempuan dan anak-anak yang hampir sepanjang hari terpajan polusi udara di tempat terbuka. Kompor itu telah dirancang dan dibagikan oleh Safi International dan menjanjikan akan mengubah cara memasak rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Direktur Safi International di Kenya Elisabeth Klerck mengatakan kompor etanol adalah kompor yang sangat efisien di tingkat rumah tangga, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi. "Rata-rata, biaya untuk masak (dengan menggunakan kompor etanol) bernilai separuh biaya kompor tradisional," kata Klerck. Kelangsungan hidup kompor tersebut juga berkaitan dengan industri besar gula di Kenya. Klerck mengatakan produk sampingan industri gula adalah etanol, bahan bakar terbarukan yang bersih. Kompor inovatif itu dirancang untuk menggunakan bahan bakar etanol guna memangkas polusi udara di tempat terbuka dan merupakan upaya untuk mengurangi buangan gas rumah kaca. Namun, kompor tersebut berharga lebih dari 33 dolar AS, yang berarti berada jauh dari jangkauan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Oleh karena itu, Safi International bermitra dengan lembaga donor untuk mensubsidi biaya pembelian kompor tersebut untuk membuatnya bisa dijangkau oleh mereka yang paling memerlukannya. Pada April 2014, Departemen Pembangunan Internasional di Inggris menyediakan hibah untuk mendukung pelaksanaan prgoram ClimateCare di Kenya, yang akan mengurangi buangan karbon. CilmateCare menggunakan sebagian dana itu untuk mensubsidi harga kompor masak tersebut untuk membuatnya bisa dijangkau. Pemukim daerah kumuh bisa memperoleh kompor etanol dengan harga 27 dolar AS. Manager Operasi Safi International di Kenya Felix Okoth mengatakan kompor tersebut akan mengalir ke semua permukiman informal di negeri itu. (*/jno)