Dokter: Paradigma Terkait Kesuburan harus Diubah

id Dokter: Paradigma Terkait Kesuburan harus Diubah

Jakarta, (Antara) - Konsultan fertilitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (FKUI_RSCM) Dr dr Budi Wiweko SpOG (K) mengatakan paradigma terkait gangguan kesuburan yang selama ini selalu lebih berfokus pada istri harus diubah. "Yang pertama harus diperiksa sebenarnya adalah suami. Sebelum istri diperiksa, harus sudah ada hasil analisis sperma suami," kata Budi Wiweko dalam sebuah acara di Jakarta, Selasa. Budi mengatakan penanganan gangguan kesuburan terhadap istri akan sia-sia bila ternyata suami mengalami masalah sperma. Percuma istri diberi penyubur atau sel telurnya dibesarkan bila ternyata sperma suami tidak bisa membuahi. Budi mengatakan pasangan suami-istri dikatakan mengalami gangguan kesuburan bila tidak mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual yang benar selama satu tahun tanpa memakai alat kontrasepsi. "Faktor suami atau istri, atau kombinasi keduanya, dapat menyebabkan gangguan kesuburan," ujarnya. Budi menjelaskan yang termasuk faktor suami adalah masalah sperma. Untuk dapat membuahi sel telur istri, suami harus mengeluarkan sperma minimal 15 juta per mililiter dalam satu kali ejakulasi. Sedangkan yang termasuk faktor istri ada beberapa hal seperti gangguan pematangan sel telur, kerusakan saluran telur, adanya kista coklat dan gangguan rahim. "Kista coklat akan melemahkan sperma, sel telur dan rahim. Sperma yang masuk mati karena adanya kista coklat sebelum bertemu dengan sel telur," jelasnya. Pasangan dengan gangguan kesuburan masih bisa memiliki keturunan dengan menjalani program inseminasi atau bayi tabung. Inseminasi pada dasarnya adalah mendekatkan sperma dengan sel telur dengan cara menyuntikan sperma ke dalam rahim. "Sedangkan dalam program bayi tabung, sel telur dan sperma dipertemukan di laboratorium hingga terbentuk embrio, kemudian embrio disuntikan ke dalam rahim," tuturnya. Untuk program inseminasi, sperma suami akan diambil dan diolah untuk mendapatkan sperma terbaik dengan jumlah minimal 10.000. Sedangkan program bayi tabung cukup dipilih satu sperma yang terbaik untuk membuahi sel telur. "Tingkat keberhasilan bayi tabung lebih tinggi daripada inseminasi. Bahkan laki-laki yang tidak bisa mengeluarkan sperma saat ejakulasi pun bisa tetap memiliki anak dengan mengambil spermanya langsung dari buah zakar melalui operasi," katanya. (*/jno)