TPID: Pengawasan Pasokan dan Harga Komoditi Tekan Laju Inflasi

id TPID: Pengawasan Pasokan dan Harga Komoditi Tekan Laju Inflasi

Padang, (Antara) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) mengatakan perlu adanya pengawasan pasokan dan harga komoditas pangan, terutama cabe merah dan beras, yang merupakan salah satu cara menekan laju inflasi. Ketua II Tim Teknisi TPID, Erwin Syafii di Padang, Selasa, mengatakan TPID mencatat laju inflasi pada Oktober 2014 sebesar 1,10 persen (month to month), sementara laju inflasi tahunan tercatat 6,28 persen (year on year). Ia mengatakan, laju inflasi Sumbar masih di atas rata-rata inflasi nasional sebesar 0,47 persen (mtm), dengan laju inflasi tahunan 4,83 persen (yoy). Hal ini membuat Indek Harga Konsumen (IHK) Sumbar melonjak dibandingkan dengan bulan sebelumnya. "Gambaran inflasi tersebut terbentuk dari dua kota sample inflasi, yakni Padang dan Bukittinggi yang masing-masing mencatat inflasi sebesar 1,18 persen (mtm) dan 0,49 persen (mtm)," katanya. Ia menyebutkan tekanan inflasi ini berasal dari kelompok bahan pangan bergejolak (volatile foods) dan barang yang harganya diatur pemerintah (Administered Prices). Kenaikan pada pangan mencapai 2,80 persen (mtm) atau 11,08 persen (yoy), sedangkan pada barang mencapai 1,54 persen (mtm) atau 7,91 persen (yoy). Penyebab kenaikan harga tersebut, katanya, dikarenakan menurunnya pasokan cabe merah yang disebabkan musim kemarau yang terjadi di Pulau Jawa. Kondisi ini pun didorong dengan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) pada bulan sebelumnya, yang dicatat sebagai inflasi bulan ini. Ia menambahkan, sementara yang terjadi pada kenaikan harga elpiji 12 kg pada bulan lalu memberi dampak disparitas harga yang semakin lebar terhadap harga elpiji 3 kg, sehingga mendorong peningkatan konsumsi pada elpiji tersebut dan membuat harga naik pada tingkat pengecer. "Disisi lain tekanan inflasi tertahan dengan menurunnya harga daging ayam ras dan bawang merah karena melimpahnya suplai dari kedua komoditi itu," katanya. Kedepannya, sebutnya, diperkirakan tekanan inflasi sedikit mereda namun dengan risiko yang masih tinggi, hal ini disebabkan dengan tidak adanya kebijakan energi strategis seperti TTL dan elpiji, namun masih terdapat faktor yang akan berpotensi mendorong inflasi seperti berlanjutnya kenaikan harga cabe merah, berkurangnya pasokan beras seiring curah hujan yang tinggi, telah habis jatah beras miskin (raskin) untuk bulan depan serta potensi peningkatan permintaan elpiji 3 kg. Dalam mengantisipasi potensi tersebut, katanya, pihaknya bersama-sama dengan pihak terkait dapat memperkuat dan memperbaiki sistem, seperti pada sistem distribusi elpiji 3 kg pihak terkait harus segera menjaga pasokannya agar tak terjadi kelangkaan dan berimbas pada kenaikan harga. Sedangkan pada bahan pangan, katanya, pemerintah daerah perlu mempersiapkan stok yang cukup terutama pada komoditi cabai dan beras. Disamping itu, imbuhnya, harus ada pengawasan harga terhadap komoditas pangan secara intensif sehingga sejumlah yang melibatkan program perbaikan daya beli masyarakat seperti pasar murah atau operasi pasar dapat dilaksanakan dengan cepat. (*/cpw)