Muhammadiyah Nilai Pemuda Indonesia Aset Dunia

id Muhammadiyah Nilai Pemuda Indonesia Aset Dunia

Jakarta, (Antara) - Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Dr Saleh Partaonan Daulay menilai pemuda Indonesia telah menunjukkan diri sebagai aset dunia, karena selama ini sering melakukan perubahan-perubahan dinamis dalam percaturan global. "Banyaknya pemuda Indonesia yang kini berusia produktif diyakini mampu melakukan terobosan yang tidak kaku atau unconventional. Dan bila dimanfaatkan dengan baik akan menjadi aset nasional bahkan dunia yang mampu menjawab tuntutan zaman," kata Saleh di Jakarta, Selasa. Oleh karena itu, tugas pemerintah saat ini adalah mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki pemuda agar menjadi sebuah kekuatan dan modal dasar dalam pembangunan dan percaturan dunia. Saleh minta agar pemerintah membuka seluruh akses dalam rangka pembinaan pemuda, seperti akses pendidikan, dunia usaha dan juga dalam birokrasi. "Pemerintah harus percaya pemuda bisa bekerja. Tinggal bagaimana menyiapkan sarananya agar mereka bisa mengartikulasikan kreativitas dan karya mereka," katanya. Ia menjelaskan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin besar, terutama teknologi digital, sehingga dunia seakan tidak memiliki batas-batas ruang dan waktu. "Jika pemerintah tidak membuka akses dan tidak menyiapkan dalam menghadapi perkembangan itu, dikhawatirkan berimbas pada masa depan Indonesia," katanya. Saleh menjelaskan, masalah pemuda saat ini sangat kompleks, dan hampir semua persoalan sosial serta kebangsaan bisa dikategorikan sebagai masalah pemuda. Ia mencontohkan seperti masalah pekerjaan, akses terhadap modal, pendidikan, patologi sosial dan masih banyak lagi yang semua itu selalu dihadapi oleh para pemuda. Oleh karena itu, momentum peringatan Sumpah Pemuda saat ini harus lebih nyata, sebab selama ini masih bersifat seremonial, akibatnya selalu penuh dengan harapan dan tuntutan. "Kesannya itu selalu bersifat seremonial yang sarat dengan harapan dan tuntutan, dan sayangnya harapan dan tuntutan itu jarang sekali mendapat sambutan dari para pengambil kebijakan," katanya. (*/jno)