Pengrajin Paninggahan Solok Kesulitan Ekspor Tikar-Pandan

id Pengrajin Paninggahan Solok Kesulitan Ekspor Tikar-Pandan

Solok, (Antara) - Pengrajin tikar-pandan di Paninggahan, Kabupaten Solok kesulitan mengekspor produknya karena pewarnaan yang tidak tahan lama. "Tikar pandan juga tidak bisa dijadikan satu warna karena setiap helai daun memiliki kadar air yang berbeda, sehingga hasil jemuran tidak serupa warnanya," kata seorang pengrajin, Misnawati, di Solok, Senin. Misnawati yang mengawali usahanya sejak tahun 1995 itu mengaku, persoalan tersebut membuatnya kesulitan dalam bersaing dengan produsen besar. "Pewarnaan menjadi salah satu kendala kami dalam memasarkan produk ke luar negeri," katanya. Ia mengungkapkan dalam pewarnaan terhadap daun pandan yang telah dikeringkan, tidak semua menghasilkan warna yang serupa meski dicampurkan dengan warna sama. Hal tersebut karena proses pembuatan bahan baku mulai dari tahap awal hingga tahap akhir atau pewarnaan dilakukan secara manual, dengan takaran yang disesuaikan sendiri. Maka hasil yang didapatkan, dalam satu warna ada yang terlalu tua warnanya dan ada yang muda. "Contohnya, saya memberikan warna ungu pada beberapa lembaran daun yang sudah siap diwarnai, namun hasil yang didapatkan, berwarna ungu tua hingga ungu muda," katanya. Kondisi itu, membuat pasar di luar negeri tidak menyukai hasil produk tersebut. Karena itu, ia sangat membutuhkan pelatihan tentang bagaimana cara pewarnaan yang baik sehingga menghasilkan kualitas warna yang seragam, dan bertahan lama. Ia bersama 100 pengrajin tikar pandan di Paninggahan, tetap optimis untuk bersaing di pasar lokal. Pada kesempatan terpisah, Kepala Bidang (Kabid) PUMKM, Dinas Koperasi dan UMKM Sumbar, Desmadi Idrus mengatakan akan menindaklanjutinya kendala pewarnaan dihadapi pengrajin dengan langsung menemui laboratorium industri. "Kami akan tindaklanjuti segera, untuk berkonsultasi ke laboratorium industri mengenai bagaimana cara pewarnaan kimia yang dapat bertahan lama dan sewarna," katanya. Diakuinya, pihaknya memfokuskan penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh UMKM terutama yang dibinanya, agar mereka terus bersemangat dalam pengembangan industrinya. Sekali seminggu pihaknya juga akan turun ke lapangan, dengan tujuan mendapatkan secara rill permasalahan yang dihadapi UMKM sehingga dapat secepatnya terpecahkan, dan tidak menjadi hambatan permanen. (*/cpw)