Bengawan Solo Hipnotis Penonton Indonesia Kontemporer

id Bengawan Solo Hipnotis Penonton Indonesia Kontemporer

London (Antara) - lagu Bengawan Solo dengan komposer Gesang yang dibawakan "duo operatic", Paretta Anggrek dan Luke Green, berhasil menghipnotis sekitar 500 penonton yang memadati Brunei Gallery Lecture Theater, SOAS University of London, Sabtu siang. Paretta Anggrek asal Indonesia dan Luke Green dari Inggris yang menampilkan lagu Bengawan Solo, Sepasang Mata Bola, dan Kroncong Moresko mendapat sambutan pengunjung Indonesia kontemporer (Ikon) yang digelar ARTi UK dengan dukungan KBRI London, Centre of South East Asian Studies (SOAS) University of London, PPI London dan maskapai penerbangan Garuda Indonesia. "Saya senang dan bangga bisa memperkenalkan lagu Indonesia khususnya lagu keroncong dikalangan masyarakat Inggris di London," ujar Paretta Anggrek kepada Antara London usai menunjukkan kebolehannya melantunkan lagu keroncong yang dinilainya tidak beda dengan lagu opera. Menurut Paretta Anggrek yang sehari hari bekerja sebagai pengacara di London, nada lagu keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan para pelaut dan budak kapal niaga sejak abad ke-16 ke Nusantara, tidak beda dengan lagu opera yang popular di Inggris. Penampilan Paretta dan Luke Green merupakan kolaborasi Indonesia Inggris dalam Indonesia kontemporer, juga ditampilkan Anna Ingleby dan suami Haviel Perdana dari Indigo Moon Theatre yang mempertunjukkan wayang kontemporer yang menampilkan The Worm that Squirmed, menghibur penonton di Khalili Lecture Theatre SOAS. Anna Ingleby sejak beberapa tahun terakhir memperkenalkan wayang golek yang dipelajarinya dari Asep Sunandar Sunarya - kepada masyarakat Inggris dengan bantuan sang suami Haviel Perdana, musisi asal Indonesia - menampilkan wayang golek interaktif tidak saja menghibur mahasiswa tetapi juga anak anak karena pertunjukkan Anna memang khusus ditujukan untuk anak-anak. Penyelengaraan Indonesia Kontemporer berhasil mempromosikan Indonesia dikalangan masyarakat Inggris khususnya kalangan akademika, ujar Dr Roger Montgomery Visiting Senior Fellow pada London School of Economi ( LSE) Asia Research Centre kepada Antara London, Sabtu. Dr Roger Montgomery bersama sang Istri Barbara Bisco , penulis buku novel A Taste for Green Tangerines, yang bercerita tentang Antropolog Inggris dengan latar belakang Yogjakarta, serta novel Tiger with a Human Soul mengambil seting di Mataram mengakui Indonesia merupakan Negara yang menarik dan penuh dinamika. Sementara itu Candidate wakil dubes Inggris untuk Indonesia Juliet Maric kepada Antara London mengatakan acara Indonesia Kontemporer berhasil menyatukan masyarakat Inggris terutama kalangan akademika dengan masyarakat Indonesia yang ada di London. Kaborasi pertunjukan seni budaya Indonesia terutama gamelan dari kelompok Jagat Gamelan yang sebagian besar pemain asal Inggris mengiringi penari dari kelompok Lila Cita dari Indonesia serta penyanyi Gita Gutawa yang tengah menuntut ilmu di LSE menunjukkan keberhasilan penyelengara dalam menyatukan seniman Indonesia di Inggris, Seniman Inggris Margaret Coldiron PhD dengan diiringi Jagat Gamelan menampilkan Tari topeng. Juliet yang tertarik dengan perkembangan di Indonesia akhir akhir ini terutama dengan terpilihnya Jakowi sebagai presiden Indonesia mengharapkan hubungan Indonesia Inggris akan semakin erat. "Indonesia Negara yang sangat menarik," ujar Juliet yang sudah tidak sabar untuk bertugas di Indonesia dengan belajar Bahasa Indonesia dan mencoba berbagai kuliner Indomesia. Minister Counsellor KBRI London Dino Kusnadi kepada Antara mengakui penyelengaraan ikon berhasil mengedepankan seni kontemporer Indonesia secara luas dan lebih mendalam dengan digelarnya berbagai seni budaya seperti gamelan Bali yang diikuti dengan workshop, juga batik yang ditampilkan disainer muda Indonesia Tiana Hannaford yang diperagakan oleh mahasiswa asing. Tiana Hannaford dengan bantuan sang Bunda Tia Darik berupaya memperkenalkan batik dikalangan anak muda di Inggris dengan rancangan yang menarik dan dapat dikenakan dalam berbagai kesempatan seperti yang ditampilkan mahasiswa rekan Tiana Hannaford yang rancangan penuh ceriah. Penyanyi Gita Gautawa yang tengah menuntut ilmu di LSE mengakui penyelenggaraan Ikon yang digagas oleh Felicia Nayoan Siregar, berhasil menarik perhatian kalangan muda di Inggris yang ingin mengetahui lebih jauh tentang berbagai budaya Indonesia tidak saja kesenian tetapi juga kuliner. Diluar kampus gedung Brunei Gallery Lecture Theater, SOAS terdapat beberapa stand yang menjual kuliner Indonesia diantaranya Warung Windsor milik Aqaya Leatemia Davenport yang dikenal dengan sate ayam serta tong seng kambing. Aqaya Leatemia Davenport bersama suami dan dibantu anak-anak serta para sahabatnya tidak bosan bosan nya mempromosikan kuliner Indonesia khususnya Sate ayam ke berbagai acara dan festival di Inggris. "Saya ingin kuliner Indonesia bisa makin dikenal di Inggris, apalagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Industri kreatif telah menetapkan 30 ikon kuliner Indonesia yang perlu dipromosikan," ujar Agaya. Agaya tidak bosan-bosan nya mengikuti bazaar atau festival makanan yang digelar di berbagai daerah di Inggris dalam upaya mempromosikan dan memperkenalkan kuliner Indonesia berupa sate ayam dan tongseng. Tidak saja sate ayam yang banyak diminati pengunjung Ikon tetapi juga mpek mpek dari Dapoer Palembang, Somai dan batagor yang dijajahkan Mbak Yuyun, serta nasi Padang plus ayam bakar dari Dapur teh Ina serta Bahan makanan dan tempe Dari IDF Pendiri ARTiUK, Felicia Nayoan Siregar mengatakan Festival sehari seni dan budaya Indonesia kembali di digelar di London, menyusul keberhasilan penyelenggaraan tahun tahun sebelumnya . Dikatakanya penyelenggaraan Ikon mendapat dukungan dari berbagai pihak mulai dari KBRI London, para Pelajar yang tergabung dalam PPI London, sampai pada maskapai penerbangan Garuda yang kembali terbang ke London sejak September lalu. Key Account Manager Garuda Indonesia, Justin Fitzgerald mengatakan sejak membuka jalur penerbangan Garuda ke Inggris pada September lalu, banyak masyarakat Inggris yang tertarik yang melakukan wisata ke Indonesia dengan mengunakan Garuda, namun demikian ia tidak bosan bosannya berpromosi. Acara Indonesia Kontemporer ditutup dengan penampilan Gita Gutawa dan penampilan musik dangdut oleh Teguh Santoso dan rekan-rekan yang menghangatkan cuaca musim gugur di Inggris. (*/WIJ)