Kadin: Dolar Naik Ibarat Pisau Bermata Dua

id Kadin: Dolar Naik Ibarat Pisau Bermata Dua

Padang, (Antara) - Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) wilayah Sumatera Barat (Sumbar) Asnawi Bahar mengatakan penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah ibarat pisau bermata dua bagi pengusaha di provinsi itu. "Ya, penguatan nilai dolar AS terhadap rupiah ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi kita merasakan keberuntungan dan di saat yang bersamaan telah menanti sebuah kerugian. Namun kondisi ini bagi para pengusaha di Sumbar merasa sedikit diuntungkan karena bisa menambah pendapatan dari hasil pengapalan barang ke luar negeri," katanya di Padang, Senin. Ia menyebutkan, akibat pelemahan nilai tukar rupiah pada beberapa hari terakhir, para pengusaha di Sumbar diuntungkan karena rata-rata mereka berorientasi ekspor. Keuntungan bagi para pengekspor, sebutnya karena menggunakan dolar AS untuk bertransaksi. Sehingga, bisa mendongkrak total penerimaan. "Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada beberapa hari terakhir ini memberikan keuntungan bagi para pengekspor yang selama ini harus meningkatkan aktivitas pengapalan barang ke luar negeri," katanya. Ia menyebutkan, salah satu sub sektor ekspor yang memproleh dampak positif dari lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS adalah pada pasar ekspor sawit di dua destinasi meliputi Uni Eropa (UE) dan AS. "Ya, saat ini sawit kita dinilai sebesar Rp15.070 per kg yang mana sebelumnya hanya Rp15.020 per kg. Memang kenaikkan tersebut tidak begitu signifikan, namun sangat berarti bagi peningkatan pendapatan bagi para pengusaha sawit di Sumbar," katanya. Asnawi mengatakan, meski pasar ekspor sawit belum terlalu menggeliat kembali, namun setidaknya kinerja para pengekspor yang bergerak di sektor ini bisa kembali stabil. Bisa dilihat dari total volume pengapalan barang yang tidak terlalu besar. "Kita akan genjot lagi ekspor ke UE atau AS yang dulu sempat loyo. Dengan begitu, harapan kita mampu menaikkan pendapatan ekspor," katanya. Meskipun sudah ada peluang, katanya, para bagi pengekspor tetap bersikap "wait and see" menyikapi peluang pasar tersebut. Hal ini dikarenakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS belum terlalu mempengaruhi peningkatan nilai ekspor di Sumbar "Jikalau penguatan dolar AS terhadap rupiah terjadi dalam dua minggu saja, belum akan berdampak secara signifikan buat kita. Kecuali jika kondisinya akan terus berlarut-larut sampai sebulan penuh," katanya. Sementara para pengimpor dirugikan karena harga komponen barang seperti elektronik diimpor dari luar negeri. "Dan hal itu, pasti mempengaruhi harga jual produknya," katanya. (*/cpw)