Kemristek: Perlu Inovasi Hindari "Middle Income Trap"

id Kemristek: Perlu Inovasi Hindari "Middle Income Trap"

Palembang, (Antara) - Indonesia perlu waspada terhadap jebakan penghasilan menengah atau "Middle Income Trap" dengan menggalakkan inovasi, kata Deputi bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek Kementerian Riset dan Teknologi Agus Puji Prasetyono. "Jebakan ini telah memerangkap 35 dari 52 negara berpenghasilan menengah pada 2010. Untuk menembus jebakan ini harus memiliki terobosan dengan menggalakkan inovasi," katanya pada Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-19 tingkat Provinsi Sumatera Selatan 2014 di Palembang, Senin. Ia mengatakan, "Middle Income Trap" adalah situasi ekonomi di negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita di kategori menengah, yang memiliki potensi terus meningkatkan pendapatannya tapi gagal dan terhenti pada level tersebut. Indonesia saat ini memang masih di "lower-middle income" dengan pendapatan per kapita sekitar 4.500 dolar AS per tahun dan diprediksi akan menjadi 14.000 dolar AS (high income) pada 2020, namun bisa terjebak pada Middle Income Trap, ujar deputi, yang hadir menggantikan Menteri Ristek Gusti M Hatta yang berhalangan hadir. Penyebab utama "Middle Income Trap" ini, ujar dia, perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari perlambatan produktivitas, karena rasio investasi yang rendah, pertumbuhan manufaktur lamban, diversifikasi industri terbatas, kondisi pasar tenaga kerja buruk, tingkat pendidikan SDM rendah, dan inovasi tidak berkembang. Untuk menghindari jebakan ini, menurut dia, diperlukan berbagai inovasi dalam rangka peningkatan Total Faktor Produktivitas (TFP) yang merupakan sumber pertumbuhan serta peningkatan kompetensi dan kapabilitas tenaga kerja (SDM). Selain itu, diperlukan juga pengembangan sistem inovasi yang tidak hanya terpusat di perkotaan, tetapi juga di pelosok perdesaan dibarengi hilirisasi dan diversifikasi produk. "Tiongkok adalah contoh yang terjebak, tak bisa naik-naik lagi karena terlalu berinvestasi di produk-produk high-tech modal besar, sehingga hanya sejumlah pemain tertentu yang menonjol tapi orang di perdesaan tidak merasakan kondisi middle income itu," katanya. Ia menambahkan inovasi yang dikembangkan di setiap daerah harus disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing, sehingga pengembangan inovasi melaju secara bersama-sama di setiap daerah dan bersinergi secara nasional. Dengan demikian, penghasilan per kapita tidak berhenti dan terus meningkat. (*/jno)