Painan, (ANTARA) - PDAM Tirta Langkisau Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat masih kesulitan dalam berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) karena besaran pendapatan perusahaan air minum itu baru mampu memenuhi biaya operasional, bahkan sering tekor.
Direktur PDAM Tirta Langkisau Kabupaten Pesisir Selatan Herman Budiarto di Painan, Jumat mengatakan akibat kondisi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ini sehingga belum bisa memberikan kontribusi secara rutin kepada PAD.
Pemberian persentase laba harus melihat penghitungan neraca rugi laba, dan faktanya kondisi keuangan tiap tahun baru mampu menutupi biaya operasional.
"Bahkan kami tidak yakin bisa menyumbang deviden di 2022. Hingga periode November tahun ini saja, neraca keuangan masih devisit sebesar Rp200 juta," kata dia.
Ia menjelaskan, rata-rata pendapatan tiap bulan hanya sebesar Rp1,2 miliar, dengan catatan pembayaran pelanggan mencapai 92 persen. Sedangkan biaya operasional tiap bulan bisa menembus Rp1,1 miliar.
Sementara dalam rentang waktu dua tahun terakhir, pendapatan perseroan dari iuran pelanggan ini mengalami penurunan. Realisasi penagihan hanya tercatat sebesar 84 persen.
Padahal, kata dia, selain suntikan modal dari pemerintah kabupaten, tagihan pelanggan merupakan salah satu sumber pendapatan paling besar.
"Karena sampai saat ini belum ada unit usaha lain untuk pemasukan," ujarnya.
Wakil Bupati Pesisir Selatan Rudi Hariyansyah menyarankan semua unsur pimpinan PDAM Tirta Langkisau mencari terobosan baru untuk membuat perubahan, utamanya soal bisnis.
Direktur harus lebih berinovasi dan sigap dalam bertindak, mengingat kondisi perusahaan yang tengah labil. Sebagai badan usaha pelat merah, PDAM Tirta Langkisau jangan hanya berharap tambahan modal dari pemerintah kabupaten saja.
Sudah saatnya direksi memikirkan pelebaran sayap bisnis seperti produksi air mineral dalam kemasan atau usaha-usaha lainnya yang memanfaatkan sumber daya air, sehingga mampu berinvestasi sendiri dan menyejahterakan karyawan.
"Harus ada langkah-langkah konkret yang terstruktur dan terencana untuk menuju ke arah itu. Kalau tidak, mau sampai kapan bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)," katanya.
Selanjutnya, PDAM juga perlu meningkatkan jumlah persediaan air bagi pelanggan dengan memelihara sumber-sumber air baku untuk kebutuhan air bersih bagi masyarakat, dan air bersih harus didistribusikan 24 jam.
Meningkatkan kualitas air yang sampai ke rumah-rumah masyarakat. Ini harus dilakukan pengujian kualitas apakah memenuhi standar kesehatan dan lainnya.
Jangkauan pelayanan air bersih bagi masyarakat merupakan salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan. Dan hingga kini masih banyak masyarakat Pesisir Selatan yang belum tersentuh layanan PDAM.
Dari 15 kecamatan yang ada, tingkat keterlayanan paling rendah terdapat di Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan, dan Basa Ampek Balai Tapan. Berdasarkan catatan PDAM Tirta Langkisau, di daerah itu hanya sekitar 270 pelanggan yang baru terlayani. (*)
Direktur PDAM Tirta Langkisau Kabupaten Pesisir Selatan Herman Budiarto di Painan, Jumat mengatakan akibat kondisi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ini sehingga belum bisa memberikan kontribusi secara rutin kepada PAD.
Pemberian persentase laba harus melihat penghitungan neraca rugi laba, dan faktanya kondisi keuangan tiap tahun baru mampu menutupi biaya operasional.
"Bahkan kami tidak yakin bisa menyumbang deviden di 2022. Hingga periode November tahun ini saja, neraca keuangan masih devisit sebesar Rp200 juta," kata dia.
Ia menjelaskan, rata-rata pendapatan tiap bulan hanya sebesar Rp1,2 miliar, dengan catatan pembayaran pelanggan mencapai 92 persen. Sedangkan biaya operasional tiap bulan bisa menembus Rp1,1 miliar.
Sementara dalam rentang waktu dua tahun terakhir, pendapatan perseroan dari iuran pelanggan ini mengalami penurunan. Realisasi penagihan hanya tercatat sebesar 84 persen.
Padahal, kata dia, selain suntikan modal dari pemerintah kabupaten, tagihan pelanggan merupakan salah satu sumber pendapatan paling besar.
"Karena sampai saat ini belum ada unit usaha lain untuk pemasukan," ujarnya.
Wakil Bupati Pesisir Selatan Rudi Hariyansyah menyarankan semua unsur pimpinan PDAM Tirta Langkisau mencari terobosan baru untuk membuat perubahan, utamanya soal bisnis.
Direktur harus lebih berinovasi dan sigap dalam bertindak, mengingat kondisi perusahaan yang tengah labil. Sebagai badan usaha pelat merah, PDAM Tirta Langkisau jangan hanya berharap tambahan modal dari pemerintah kabupaten saja.
Sudah saatnya direksi memikirkan pelebaran sayap bisnis seperti produksi air mineral dalam kemasan atau usaha-usaha lainnya yang memanfaatkan sumber daya air, sehingga mampu berinvestasi sendiri dan menyejahterakan karyawan.
"Harus ada langkah-langkah konkret yang terstruktur dan terencana untuk menuju ke arah itu. Kalau tidak, mau sampai kapan bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)," katanya.
Selanjutnya, PDAM juga perlu meningkatkan jumlah persediaan air bagi pelanggan dengan memelihara sumber-sumber air baku untuk kebutuhan air bersih bagi masyarakat, dan air bersih harus didistribusikan 24 jam.
Meningkatkan kualitas air yang sampai ke rumah-rumah masyarakat. Ini harus dilakukan pengujian kualitas apakah memenuhi standar kesehatan dan lainnya.
Jangkauan pelayanan air bersih bagi masyarakat merupakan salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan. Dan hingga kini masih banyak masyarakat Pesisir Selatan yang belum tersentuh layanan PDAM.
Dari 15 kecamatan yang ada, tingkat keterlayanan paling rendah terdapat di Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan, dan Basa Ampek Balai Tapan. Berdasarkan catatan PDAM Tirta Langkisau, di daerah itu hanya sekitar 270 pelanggan yang baru terlayani. (*)