Padang, (ANTARA) -  "Pak seharian ini tidak satu orang pun yang datang untuk pijat, besok kami sudah tak punya beras lagi," demikian pesan yang masuk ke telepon pintar Elfiyon dari salah seorang penyandang tunanetra di Padang.

Semenjak corona mewabah, penyandang tunanetra yang membuka jasa pijat  mengalami penurunan pelanggan secara drastis.

Jika dalam sehari biasanya bisa mendapatkan enam hingga 10 pelanggan, dalam 10 hari terakhir sepi pelanggan bahkan terkadang tak ada satu pun.

Akhirnya Elfiyon Tanjung selaku Direktur Lembaga Amil Zakat Mitra Ummat Madani bergerak cepat menghimpun donasi untuk para penyandang tunanetra.

Setidaknya ada 50 tunanetra di Padang yang berprofesi sebagai tukang pijat yang saat ini kondisinya rentan secara ekonomi karena sepinya pelanggan.

"Tak jarang mereka hanya mendapatkan uang cukup untuk makan sehari saja, bahkan ada yang sudah pulang kampung karena tidak ada lagi sumber penghidupan di Padang," katanya.

Hanya dalam waktu sepekan ia pun mampu mengumpulkan donasi berupa beras hingga 1,5 ton dari para donatur yang berasal dari Sumbar bahkan luar provinsi.

"Alhamdulillah antusias para donatur luar biasa, dibanding hari biasa l, semangat berbagi tinggi saat ini," katanya.

Bersama tim Elfiyon pun mengantarkan langsung beras dan bahan pokok lainnya ke rumah para penyandang tunanetra tersebut.

Salah satu yang ia kagumi dari para penyandang tunanetra tersebut adalah mereka tidak mau turun ke jalan untuk meminta-minta kendati kondisi sedang sulit.




Perbesar empati

Melalui program sedekah beras, Elfiyon fokus menyasar kelompok masyarakat yang rentan mulai dari tunanetra, pekerja harian, janda hingga pemulung.

Ia mengajak semua pihak berkontribusi untuk ikut meringankan beban para dhuafa.

"Semua pihak bisa berkontribusi, mari kita perbesar empati di tengah kondisi sulit," ujarnya.

Lain lagi kisah yang dialami A seorang warga Padang yang berstatus Pasien Dalam Pengawasan COVID-19 karena keluhan demam sepulang dari dinas luar ke Jakarta membuat ia harus melakukan isolasi mandiri selama 14 hari.

Karena harus melakukan isolasi mandiri membuat ia tidak bisa bepergian sehingga harus tetap di rumah.

Hal ini juga diketahui oleh para tetangga sekitar rumahnya yang ada di komplek yang belakangan ternyata mendapatkan info dari Ketua RW.

Setiap pagi di pagar rumahnya selalu ada saja tetangga yang mengantar makanan mulai dari lontong sayur hingga kue-kue yang digantung di pagar rumahnya dengan kantong plastik.

Bahkan ia sampai tidak tahu siapa yang mengantar makanan dan setiap pagi selalu ada, kadang sore juga.

A bersyukur atas dukungan para tetangganya yang ikut memberikan dukungan berupa mengantarkan makanan selama menjalani isolasi.

"Alhamdulillah saya tidak menyangka para tetangga memberi dukungan luar biasa," katanya.

Awalnya ia sempat khawatir akan dikucilkan atau yang terburuk diusir dari komplek namun yang terjadi sebaliknya semua peduli dan membantu memenuhi keperluannya.
  Pengurus Masjid Jihad Kampung Perak Padang memberikan bantuan sembako kepada warga terdampak corona di sekitar lingkungan masjid. (Antara/Istimewa)

Berbasis masjid

Sementara di Masjid Jihad Kampung Perak Padang pengurus berinisiatif menjadikan masjid sebagai pengaman sosial ekonomi warga sekitar yang terdampak mata pencahariannya sejak corona mewabah.

Diluncurkan pada 23 Maret 2020 program ini menjadikan masjid sebagai episentrum pengaman sosial ekonomi umat yang pendanaan berasal dari kotak infak dhuafa dan sumbangan para donatur.

Dalam melaksanakan program ini pengurus membentuk satuan tugas khusus yang bertugas mendata calon penerima, membeli barang yang akan diserahkan sampai menyerahkannya kepada warga yang sudah terdata.

Ketua Pengurus Masjid Jihad Padang Miko Kamal menyebutkan total jumlah infak dhuafa yang terkumpul mencapai Rp12 juta dan ada 15 orang calon penerima bantuan.

Latar belakang ekonominya macam-macam. Ada yang pedagang lontong, pemilik warung minuman kecil, pedagang barang harian, tukang sablon, tukang cuci kiloan, pembuat kripik, penjaga kampus, dan ibu rumah tangga yang suaminya kerja serabutan, kata dia.

Pengurus memutuskan memberi bantuan senilai Rp500 ribu yang sebagian besar dalam bentuk bahan kebutuhan pokok mulai dari beras 20 kg, minyak goreng 4 kantong, telur 1 papan dan gula sekilo.

"Dengan begitu, bantuan yang diberikan kecil kemungkinan disalahgunakan. Tidak bisa untuk beli rokok dan minuman keras. Apalagi untuk berjudi," ujarnya.

Miko menyampaikan bantuan senilai Rp500 ribu, bagi sebagian orang mungkin tidak besar. Tapi, itu besar bagi mereka yang sumber perekonomiannya sedang terganggu.

Bantuan itu dapat memperpanjang hidup 2 sampai 3 minggu ke depan, kata dia.

Ia berharap aksi ini bisa menjadi inspirasi bagi masjid lain apalagi di Padang ada sekitar 513 masjid.

"Bila masing-masing masjid bisa mengamankan 10 warga terdampak sekitar masjid, maka 5.130 orang atau kepala keluarga dapat diamankan," kata dia.




Peduli dan berbagi

Sementara Wali Kota Padang Mahyeldi menyampaikan setidaknya ada sekitar 300 ribu warga yang terdampak secara ekonomi akibat corona di daerah itu.

Hal ini terjadi karena adanya imbauan pembatasan sosial sehingga warga banyak yang mengurangi aktivitas di luar rumah yang berdampak bagi mereka yang mendapatkan penghasilan harian.

Untuk mengatasi hal ini saat ini Pemkot Padang sedang melakukan pendataan dan melalui Baznas Padang menyiapkan jaring pengaman sosial dan ekonomi.

Tidak hanya itu Mahyeldi juga mendonasikan enam bulan gajinya untuk membantu penanganan corona dan mengeluarkan imbauan agar para ASN di lingkungan Pemkot Padang turut urun serta menyisihkan penghasilan.

Di tengah krisis yang sedang melanda ada banyak keteladanan yang bisa ditiru mulai dari hal-hal kecil untuk menumbuhkan empati saling peduli dan saling berbagi melalui karya nyata untuk meringankan beban mereka yang terdampak.*
 

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor : Mukhlisun
Copyright © ANTARA 2024