Padang (ANTARA) - Rumah itu biasa saja. Tidak besar, tetapi juga tidak terlalu kecil. Tiga kamar tidur, ruang tamu dapur dan kamar mandi. Sebagian sudah dicat warna hijau muda. Sederhana. Tapi bagi Juli Ishaq Putra (30) itu adalah sebuah istana. Istana tempatnya merajut mimpi-mimpi.
Setiap kali penat mendera usai lembur di kantor, pulang ke rumah benar-benar terasa seperti berkah. Bertemu isteri dan putri semata wayang mereka. Menikmati hangatnya kebersamaan. Bahkan jika sang putri meminta untuk digendong, ia akan memeluknya dan menggendongnya keliling rumah. Entahlah penat di kantor itu tiba-tiba hilang kemana?
Sungguh, Ishaq merasa tidak ada tempat seindah rumah. Meski sederhana tetapi ia bersyukur telah memilikinya. Di rumah itulah ia memulai merajut masa depan keluarga, terutama untuk anak-anak mereka kelak.
Di sanalah nanti anak-anaknya akan lahir, tumbuh dan belajar tentang dunia. Di situlah nanti mereka akan belajar tentang interaksi sosial. Di situlah nanti mereka mengintip jendela dunia.
Saat meneruskan pendidikan di salah satu perguruan tinggi ternama di Kota Padang, Ishaq sudah kenyang berkali-kali pindah rumah kos. Setiapkali pindah, ia harus menyesuaikan diri kembali dengan lingkungan. Semua terasa asing. Rasanya, ia harus memulai kembali kehidupan sosialnya dari nol lagi. Mungkin untuk anak kuliahan, hal itu tidak terlalu bermasalah. Tetapi untuk anak-anak? Tidakkah akan berpengaruh buruk pada psikologinya?
Saat itulah ia bertekad, suatu saat nanti, bila Tuhan memberikannya kesempatan untuk berumah tangga, ia tidak ingin hidup berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lain. Ia harus memiliki rumah. Demi anak-anaknya.
Empat tahun lalu pada 2016, saat memutuskan untuk melepas masa lajang, Ishaq sudah bersiap bergerilya, mendatangi setiap bank untuk mendapatkan informasi tetang kredit perumahan.
Sebagai generasi milenial yang biasa berpikir kritis, ia tidak mau hanya menerima informasi dari satu pihak saja. Ia mau mendapatkan semua informasi dari semua bank untuk dibandingkan. Sebagai konsumen, ia tentu berhak untuk mendapatkan yang terbaik.
Saat itu sistem digitalisasi belum lagi seperti sekarang. Mendatangi seluruh bank adalah salah satu cara terbaik untuk mendapatkan informasi terpercaya. Salah satu pilihannya jatuh pada Bank Tabungan Negara (BTN).
Sebagai salah satu perusahaan perbankan milik negara, produk yang ditawarkan tentu sangat bisa dipercaya. Ia sudah akan memilih KPR BTN untuk memiliki rumah sendiri, namun Tuhan ternyata menggariskan hal yang berbeda... .
Kredit Bangun Rumah, bukti BTN peduli milenial sejak awal
Di Ranah Minang, rumah dan perempuan memiliki kaitan yang sangat erat. Pada saatnya, anak perempuanlah yang akan menghuni rumah. Ia lah yang akan menjaga orang tuanya. Saat menikah, ia akan membawa suami tinggal di rumahnya. Membangun keluarga dan beranak pinak. Nanti anak perempuannya yang akan menggantikan menghuni rumah itu, membawa sang suami pula.
Begitulah. Orang tua yang sudah semakin renta tidak akan ditinggal sendirian. Akan tetap ada anak perempuan yang tetap menemani. Akan ada nanti cucu dan cicit yang akan menjadi penghibur hati.
Sementara anak laki-laki akan "terbang" mengikuti arah "retak tangannya", merantau menyusur ribuan perjalanan. Nanti saat bahteranya menemukan pelabuhan, ia juga akan tinggal bersama di rumah isterinya.
Begitu pula Ishaq. Sang mertua wanti-wanti agar ia tidak "membawa" isterinya pergi. Mereka ingin tetap bersama anak dan cucunya di usia senja. Karena itu, ia harus merelakan keinginan untuk memiliki rumah sendiri melalui KPR BTN. Tapi keinginan itu sesungguhnya tidak pernah mati... .
Solusi akhirnya datang dari sang isteri. Ada sebidang tanah di dekat rumah orang tuanya. Tanah itu sudah dibeli. Sertifikatnya juga sudah ada. Tinggal membangun rumah. Rumah mereka sendiri.
Sang mertua juga setuju karena jaraknya hanya beberapa meter dari rumah mereka. Setiap saat mereka bisa datang dan bermain dengan cucu. Atau cucu mereka yang datang minta duit untuk belanja kue. Sebuah kebahagian kecil yang akan terus menemani hingga akhir hayat.
Tapi Ishaq bingung. Tabungannya baru cukup untuk DP kredit rumah melalui KPR BTN, tidak untuk membangun rumah sendiri. Cara yang terfikir adalah mengajukan pinjaman ke perbankan. Iapun kembali "bergerilya" mencari informasi ke berbagai bank.
Pilihannya kembali jatuh pada BTN. Kredit Bangun Rumah BTN. Proses yang sangat cepat dengan berbagai kemudahan seperti tenor pinjaman hingga 10 tahun dengan suku bunga 13 persen pertahun membuatnya tertarik.
Namun yang membuatnya mantap memilih bank itu adalah karena BTN memiliki komitmen terhadap generasi muda. Generasi millenial. Bahkan mereka yang masih berusia 21 tahun, tetap akan diberikan pelayanan maksimal untuk Kredit Bangun Rumah tersebut.
Ishaq barusia 26 tahun saat mengajukan permohonan kredit itu. Awalnya ia cukup ketar ketir. Maklum, tidak banyak yang mau percaya dengan kemampuan orang muda yang kadang diasumsikan masih labil, suka berfoya-foya bersama teman sebaya.
Ia cemas keinginannya untuk memiliki rumah sendiri kembali kandas hanya karena usia yang masih muda. Padahal ia yakin bisa membayar cicilan tepat waktu setiap bulan. Tapi kecemasan itu ternyata tidak beralasan. Hanya tiga hari setelah pengajuan dan proses, pinjamannya sebesar Rp70 juta langsung cair di rekening. Tiga hari!
Kini mimpinya untuk membangun masa depan di rumah sendiri telah tercapai. Meski sederhana, tetapi disanalah awal dari perjuangan itu bermula. Perjuangan untuk kehidupan anak-anak mereka yang lebih baik.
Tenor pinjaman selama enam tahun telah berjalan empat tahun tanpa kendala yang berarti. Dua tahun lagi, mimpi itu akan benar-benar sempurna.
Kredit Bangun Rumah BTN adalah bukti bahwa bank yang sudah beroperasi di Indonesia sejak 1897 dengan didirikannya Postpaarbank di Batavia itu sangat peduli dengan kebutuhan milenial terhadap perumahan, bahkan sebelum yang lain memikirkan.
Kini kredit rumah di BTN lebih mudah dari ujung jari
BTN terus berinovasi sejak ditunjuk sebagai bank komersial berfokus pada pembiayaan rumah komersial pada 2002.
Pada 2019 BTN meluncurkan aplikasi BTN Properti Mobile versi Android yang memungkinkan kaum millenial untuk mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) lewat gawai.
Dikutip melalui laman https://www.btn.co.id, Direktur Utama Bank BTN Pahala N. Mansury mengatakan generasi muda yang belum memiliki rumah padahal memiliki kemampuan untuk itu sangat besar. Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) jumlahnya mencapai 81 juta orang atau setara 31% dari jumlah populasi di Indonesia.
Melalui BTN Properti Mobile yang bisa diunduh melalui google play itu BTN juga menawarkan program KPR Gaeesss For Millenials. Program itu merupakan kredit untuk pemilikan hunian bagi kaum milenial berusia 21-35 tahun.
Banyak tawaran menarik yang diberikan BTN diantaranya bebas biaya admin, suku bunga single digit, diskon provisi 50%, dan jangka waktu kredit hingga 30 tahun.
****
Malam itu Ishaq pulang larut. Ada lembur di kantor. Lelah sudah mencucuk-cucuk pundaknya sejak tadi. Kantuk bergelayut di matanya.
Di kamar, ia melihat istri dan anaknya lelap dalam mimpi-mimpi. Kebahagiaan tiba-tiba mengalir di dadanya. Segala kerja kerasnya serasanya terbayar dengan semua itu.
Di rumah itu, rumah mereka sendiri, masa depan akan dirajut dengan hati.
Rumah adalah cinta
semerbak seperti bunga-bunga
tempat mimpi-mimpi
dan anak-anak berlari
Rumah adalah cinta
tempat larut dalam dekapan bunda
bergelayut manja di pundak ayahnya
tempat mengurai kusut hingga selesai. (*)
Setiap kali penat mendera usai lembur di kantor, pulang ke rumah benar-benar terasa seperti berkah. Bertemu isteri dan putri semata wayang mereka. Menikmati hangatnya kebersamaan. Bahkan jika sang putri meminta untuk digendong, ia akan memeluknya dan menggendongnya keliling rumah. Entahlah penat di kantor itu tiba-tiba hilang kemana?
Sungguh, Ishaq merasa tidak ada tempat seindah rumah. Meski sederhana tetapi ia bersyukur telah memilikinya. Di rumah itulah ia memulai merajut masa depan keluarga, terutama untuk anak-anak mereka kelak.
Di sanalah nanti anak-anaknya akan lahir, tumbuh dan belajar tentang dunia. Di situlah nanti mereka akan belajar tentang interaksi sosial. Di situlah nanti mereka mengintip jendela dunia.
Saat meneruskan pendidikan di salah satu perguruan tinggi ternama di Kota Padang, Ishaq sudah kenyang berkali-kali pindah rumah kos. Setiapkali pindah, ia harus menyesuaikan diri kembali dengan lingkungan. Semua terasa asing. Rasanya, ia harus memulai kembali kehidupan sosialnya dari nol lagi. Mungkin untuk anak kuliahan, hal itu tidak terlalu bermasalah. Tetapi untuk anak-anak? Tidakkah akan berpengaruh buruk pada psikologinya?
Saat itulah ia bertekad, suatu saat nanti, bila Tuhan memberikannya kesempatan untuk berumah tangga, ia tidak ingin hidup berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lain. Ia harus memiliki rumah. Demi anak-anaknya.
Empat tahun lalu pada 2016, saat memutuskan untuk melepas masa lajang, Ishaq sudah bersiap bergerilya, mendatangi setiap bank untuk mendapatkan informasi tetang kredit perumahan.
Sebagai generasi milenial yang biasa berpikir kritis, ia tidak mau hanya menerima informasi dari satu pihak saja. Ia mau mendapatkan semua informasi dari semua bank untuk dibandingkan. Sebagai konsumen, ia tentu berhak untuk mendapatkan yang terbaik.
Saat itu sistem digitalisasi belum lagi seperti sekarang. Mendatangi seluruh bank adalah salah satu cara terbaik untuk mendapatkan informasi terpercaya. Salah satu pilihannya jatuh pada Bank Tabungan Negara (BTN).
Sebagai salah satu perusahaan perbankan milik negara, produk yang ditawarkan tentu sangat bisa dipercaya. Ia sudah akan memilih KPR BTN untuk memiliki rumah sendiri, namun Tuhan ternyata menggariskan hal yang berbeda... .
Kredit Bangun Rumah, bukti BTN peduli milenial sejak awal
Di Ranah Minang, rumah dan perempuan memiliki kaitan yang sangat erat. Pada saatnya, anak perempuanlah yang akan menghuni rumah. Ia lah yang akan menjaga orang tuanya. Saat menikah, ia akan membawa suami tinggal di rumahnya. Membangun keluarga dan beranak pinak. Nanti anak perempuannya yang akan menggantikan menghuni rumah itu, membawa sang suami pula.
Begitulah. Orang tua yang sudah semakin renta tidak akan ditinggal sendirian. Akan tetap ada anak perempuan yang tetap menemani. Akan ada nanti cucu dan cicit yang akan menjadi penghibur hati.
Sementara anak laki-laki akan "terbang" mengikuti arah "retak tangannya", merantau menyusur ribuan perjalanan. Nanti saat bahteranya menemukan pelabuhan, ia juga akan tinggal bersama di rumah isterinya.
Begitu pula Ishaq. Sang mertua wanti-wanti agar ia tidak "membawa" isterinya pergi. Mereka ingin tetap bersama anak dan cucunya di usia senja. Karena itu, ia harus merelakan keinginan untuk memiliki rumah sendiri melalui KPR BTN. Tapi keinginan itu sesungguhnya tidak pernah mati... .
Solusi akhirnya datang dari sang isteri. Ada sebidang tanah di dekat rumah orang tuanya. Tanah itu sudah dibeli. Sertifikatnya juga sudah ada. Tinggal membangun rumah. Rumah mereka sendiri.
Sang mertua juga setuju karena jaraknya hanya beberapa meter dari rumah mereka. Setiap saat mereka bisa datang dan bermain dengan cucu. Atau cucu mereka yang datang minta duit untuk belanja kue. Sebuah kebahagian kecil yang akan terus menemani hingga akhir hayat.
Tapi Ishaq bingung. Tabungannya baru cukup untuk DP kredit rumah melalui KPR BTN, tidak untuk membangun rumah sendiri. Cara yang terfikir adalah mengajukan pinjaman ke perbankan. Iapun kembali "bergerilya" mencari informasi ke berbagai bank.
Pilihannya kembali jatuh pada BTN. Kredit Bangun Rumah BTN. Proses yang sangat cepat dengan berbagai kemudahan seperti tenor pinjaman hingga 10 tahun dengan suku bunga 13 persen pertahun membuatnya tertarik.
Namun yang membuatnya mantap memilih bank itu adalah karena BTN memiliki komitmen terhadap generasi muda. Generasi millenial. Bahkan mereka yang masih berusia 21 tahun, tetap akan diberikan pelayanan maksimal untuk Kredit Bangun Rumah tersebut.
Ishaq barusia 26 tahun saat mengajukan permohonan kredit itu. Awalnya ia cukup ketar ketir. Maklum, tidak banyak yang mau percaya dengan kemampuan orang muda yang kadang diasumsikan masih labil, suka berfoya-foya bersama teman sebaya.
Ia cemas keinginannya untuk memiliki rumah sendiri kembali kandas hanya karena usia yang masih muda. Padahal ia yakin bisa membayar cicilan tepat waktu setiap bulan. Tapi kecemasan itu ternyata tidak beralasan. Hanya tiga hari setelah pengajuan dan proses, pinjamannya sebesar Rp70 juta langsung cair di rekening. Tiga hari!
Kini mimpinya untuk membangun masa depan di rumah sendiri telah tercapai. Meski sederhana, tetapi disanalah awal dari perjuangan itu bermula. Perjuangan untuk kehidupan anak-anak mereka yang lebih baik.
Tenor pinjaman selama enam tahun telah berjalan empat tahun tanpa kendala yang berarti. Dua tahun lagi, mimpi itu akan benar-benar sempurna.
Kredit Bangun Rumah BTN adalah bukti bahwa bank yang sudah beroperasi di Indonesia sejak 1897 dengan didirikannya Postpaarbank di Batavia itu sangat peduli dengan kebutuhan milenial terhadap perumahan, bahkan sebelum yang lain memikirkan.
Kini kredit rumah di BTN lebih mudah dari ujung jari
BTN terus berinovasi sejak ditunjuk sebagai bank komersial berfokus pada pembiayaan rumah komersial pada 2002.
Pada 2019 BTN meluncurkan aplikasi BTN Properti Mobile versi Android yang memungkinkan kaum millenial untuk mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) lewat gawai.
Dikutip melalui laman https://www.btn.co.id, Direktur Utama Bank BTN Pahala N. Mansury mengatakan generasi muda yang belum memiliki rumah padahal memiliki kemampuan untuk itu sangat besar. Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) jumlahnya mencapai 81 juta orang atau setara 31% dari jumlah populasi di Indonesia.
Melalui BTN Properti Mobile yang bisa diunduh melalui google play itu BTN juga menawarkan program KPR Gaeesss For Millenials. Program itu merupakan kredit untuk pemilikan hunian bagi kaum milenial berusia 21-35 tahun.
Banyak tawaran menarik yang diberikan BTN diantaranya bebas biaya admin, suku bunga single digit, diskon provisi 50%, dan jangka waktu kredit hingga 30 tahun.
****
Malam itu Ishaq pulang larut. Ada lembur di kantor. Lelah sudah mencucuk-cucuk pundaknya sejak tadi. Kantuk bergelayut di matanya.
Di kamar, ia melihat istri dan anaknya lelap dalam mimpi-mimpi. Kebahagiaan tiba-tiba mengalir di dadanya. Segala kerja kerasnya serasanya terbayar dengan semua itu.
Di rumah itu, rumah mereka sendiri, masa depan akan dirajut dengan hati.
Rumah adalah cinta
semerbak seperti bunga-bunga
tempat mimpi-mimpi
dan anak-anak berlari
Rumah adalah cinta
tempat larut dalam dekapan bunda
bergelayut manja di pundak ayahnya
tempat mengurai kusut hingga selesai. (*)