Indonesia-Arab Saudi Godok Nota Perjanjian TKI

id Indonesia-Arab Saudi Godok Nota Perjanjian TKI

Kairo, (Antara) - Wakil Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Abdulaziz Al Saud mempertanyakan mengenai tindak lanjut Nota Perjanjian Ketenagakerjaan Indonesia yang telah ditandatangani kedua negara. Pengeran Abdul Aziz menggarisbawahi Nota Perjanjian Ketenagakerjaan Indonesia (TKI) tersebut saat menerima Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Abdurrahman Mohammad Fachir, kata siaran pers KBRI Riyadh yang diterima Antara Kairo, Ahad. Dubes AM Fachir pada Senin, 31 Maret 2014, menyerahkan salinan Surat Kepercayaan (Credential) kepada Wakil Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Abdulaziz Al Saud di Kementerian Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi. Fachir menggantikan Dubes Gatot Abdullah Mansur yang telah mengakhir masa tugasnya di negeri yang diapit Teluk Persia/Teluk Arab dan Laut Merah itu. Menurut Dubes Fachir, tindak lanjut perjanjian TKI tersebut masih dalam proses pengaturan yang lebih rinci, dan akan dibahas dalam komite bersama, "Joint Working Committee" RI-Arab Saudi. Terkait keberadaan WNI di Arab Saudi yang berjumlah 1,3 juta orang, sebagian besar adalah TKI, Dubes RI menyampaikan keyakinannya bahwa keberadaan mereka turut memberikan kontribusi bagi pembangunan di Arab Saudi. "Oleh karena itu, Indonesia mengharapkan bantuan pemerintah Arab Saudi untuk bekerja sama dalam mengelola keberadaan WNI tersebut agar bermanfaat bagi kedua negara," katanya. Di samping itu, Dubes Fachir juga menjelaskan hubungan bilateral antar kedua negara, yang dinilainya semakin meningkat, ditandai adanya saling kunjung antar pejabat kedua Negara. Fachir mencontohkan, pada awal tahun ini, dua pejabat tinggi Arab Saudi berkunjung ke Indonesia, yaitu Wakil Menteri Pertahanan Pangeran Salman Bin Sultan Bin Abdulaziz Al Saud pada 23 Januari 2014 untuk penandatanganan Perjanjian Kerja sama Pertahanan. Begitu pula kunjungan Pangeran Khalid Bin Sultan Bin Abdul Aziz Al Saud pada 14 Februari 2014 untuk menghadiri Musabaqah Hifzil Quran dan Haditz ke-5 Tingkat Asia Pasifik. "Pemerintah dan Rakyat Indonesia mengharapkan kiranya Raja Abdullah Bin Abdul Aziz dan Putera Mahkota Pangeran Salman Bin Abdul Aziz Al Saud juga dapat berkunjung ke Indonesia," tutur Dubes Fachir. Pangerang Abdul Aziz mengharapkan Dubes Fachir untuk mendorong peningkatan kerja sama ekonomi kedua negara. "Potensi kedua negara dalam bidang ekonomi dan perdagangan perlu ditingkatkan dengan mendorong para pelaku bisnis untuk mengkonkritkan kerja sama ekonomi dan pembangunan yang saling menguntungkan," kata Pangeran. Dubes Fachir menjelaskan, kerja sama ekonomi dan perdagangan kedua negara meningkat cukup menggembirakan, yang pada 2013 lalu mencapai delapan miliar dolar AS. Selain itu, Dubes RI juga menyinggung hubungan antar masyarakat atau "people to people contact" juga terjalin dengan baik, terefleksikan dari kunjungan lebih dari 700.000 warga Negara Indonesia (WNI) untuk melaksanakan haji dan umroh pada 2013. Diplomat karir yang fasih berbahasa Arab itu sebelumnya bertugas sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh di KBRI Kairo pada 2007-2011. Masa tugas Dubes Fachir di Kairo sempat diperpanjang menyusul meledaknya revolusi di Negeri Piramida itu yang menumbangkan rezim Presiden Hosni Mubarak. (*/WIJ)