Teluk Bayur Pelabuhan Awal KRI Bima Suci

id KRI Bima Suci

Teluk Bayur Pelabuhan Awal KRI Bima Suci

Ratusan warga Kota Padang, Sumatera Barat, mengunjungi KRI Bima Suci di Teluk Bayur, Kamis (9/11). (ANTARA SUMBAR/Fathul Abdi)

Ratusan yang terdiri dari pelajar, pramuka, dan anggota TNI berdiri membentuk barisan di bibir Dermaga IV, Pelabuhan Teluk Bayur, Kota Padang sejak pukul 07.30 WIB, Rabu (8/11)

Sedangkan ratusan lainya mengisi waktu dengan berbagai kegiatan masing-masing. Ada yang bercengkrama dengan rekan di sebelah, ada yang larut dengan telepon pintar atau berteduh di bawah tenda barak tentara.

Pada barisan paling ujung beberapa guru mengatur murid-muridnya agar tak berpencar dari barisan.

Memasuki pukul 08.30 WIB, perhatian di dermaga mulai terfokus ke arah laut ketika ada kapal yang melaju dengan tenang, di antara kapal-kapal kargo besar dalam posisi lego jangkar.

Rasa penasaran warga menjadi-jadi sambil mencoba menerka-nerka bentuk utuh dari kapal yang memasang bendera merah putih itu.

Tak butuh waktu lama, jangkar kapal itu dijatuhkan. Pertanda bahwa kapal kapal besar dengan panjang 111,2 meter dan lebar 13,65 meter persegi itu sudah parkir di dermaga.

Kapal yang telah ditunggu-tunggu sejak pagi itu adalah kapal perang baru milik Indonesia yaitu KRI Bima Suci dengan nomor lambung 945.

Kedatangannya kapal latih TNI AL itu membuat suasana meriah. Terdengar iringan tepuk tangan, serta kibaran bendera-bendera kecil yang sudah dipegang para murid SD sejak pagi.

"Kesempatan menyaksikan langsung kapal perang adalah hal yang langka, tapi sekarang saya beruntung karena bisa melihat kapal perang baru," ujar seorang warga Padang yang menyaksikan dari dermaga, Syamsuardi (47).

Sedangkan di atas kapal, para taruna serta taruni Akademi Angkatan Laut (AAL) sudah berdiri di tiang-tiang layar kapal yang menjulang. Mereka menampilkan parade roll sebagai suguhan selamat datang.

Seperti gayung bersambut, pertunjukkan parade roll dibalas dengan iringan bunyi musik tradisional dari gendang, telompong, sarunai, gendang bansi, tassa, dan lainnya di hadapan pinggang kapal.

Seremoni itu adalah tari pasambahan yakni suatu prosesi penyambutan khas adat Minangkabau untuk menerima kedatangan tamu yang dianggap spesial.

Teluk Bayur adalah pelabuhan pertama yang disandari KRI Bima Suci di wilayah Indonesia sehingga menjadi keistimewaan bagi Sumbar, khususnya Padang, karena jadi yang pertama mengenal kapal baru.

Dermaga Teluk Bayur saat itu ibarat teras rumah yang dijadikan KRI Bima Suci melepas penat. Karena perjalanan panjang perdana yang telah dilewati satu bulan lebih cukup menguras banyak tenaga.

Kapal itu dibawa dari negara tempat pembuatan Spanyol pada 18 September 2017.

Kapal yang dikomandani oleh Letkol Laut (P) Widiyatmoko Baruno Aji telah melewati sejumlah negara dalam perjalanannya menuju Indonesia yakni Italia, Mesir, Arab Saudi, Oman, dan Sri Langka.

Bahkan 104 taruna, enam perwira Satuan Latihan Kartika Jala Krida (KJK) 2017 dan 51 anak buah kapal KRI Bima Suci sempat melaksanakan ibadah umrah di Tanah Suci, Mekkah.

KRI Bima Suci juga harus berjuang keras ketika mengarungi ombak samudera dan lautan. Gelombang laut yang ditemui ketika berada di Laut Tengah (Mediterania), Laut Merah, dan Samudera Hindia mencapai tiga hingga lima meter.

Belum lagi perjalanan yang dibayang-bayangi aksi perompakan Somalia ketika kapal 26 layar itu melewati Teluk Aden, Samudera Hindia.

"Pada wilayah itu semua prajurit serta taruna harus meningkatkan kewaspadaan untuk menjaga keamanan kapal," kata Baruno Aji.

Namun berkat kerjasama seluruh personel, setiap rintangan dan ancaman di laut itu bisa teratasi. Kapal baru milik Indonesia tersebut akhirnya sampai dengan selamat di pangkuan "Ibu Pertiwi", dan bersandar di Teluk Bayur pada Rabu (8/11).

"Open Ship"

Selama bersandar di Padang, Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) II Padang mempersilahkan warga menaiki dan melakukan kunjungan ke KRI Bima Suci dengan menggelar "open ship".

Tak ayal sejak "open ship" diberlakukan ratusan warga terus bergantian datang ke Teluk Bayur untuk menyaksikan dan mengunjungi kapal. Termasuk guru-guru yang membawa muridnya sebagai media pembelajaran.

"Semoga menambah pembelajaran dan pengalaman para murid, serta memupuk rasa cinta mereka terhadap tanah air," kata guru SD 35 Jembatan Babuai, Kota Padang, Darman (40), yang datang membawa 200 muridnya.

Animo masyarakat ternyata cukup tinggi untuk menyaksikan dan melihat langsung KRI Bima Suci yang baru ini, di luar perkiraan awal, kata Komandan Lantamal II Padang Laksamana Pertama TNI Agus Sulaeman, di Padang, Kamis (9/11).

Mengingat tingginya minat masyarakat dan pelajar itu pihak Lantamal akhirnya menyiapkan tim pengamanan dan kesehatan dan pendampingan dari personel Lantamal II, dan anak buah kapal KRI Bima Suci 945.

Saking tingginya minat masyarakat, KRI Bima Suci yang dijadwalkan di Padang hanya tiga hari, akhirnya bertambah menjadi empat hari.

Kapal yang harusnya sudah bertolak dari Padang menuju Jakarta pada Sabtu (11/11) berubah menjadi Minggu (12/11).

Tidak hanya hanya open ship, 120 taruna AAL tingkat III angkatan 64 peserta Kartika Jala Krida (KJK) yang ada di KRI Bima Suci juga sudah melakukan kirab kota pada Kamis (9/11).

Kirab kota menyuguhkan penampilan drum band taruna dan taruni Akademi Angkatan Laut (AAL), dengan pasukan terdiri dari Lantamal II, TNI AD, TNI AU, Brimob, dan Paskibraka.

Kirab Kota dimulai dari Kantor Gubernur Sumatera Barat, dan berakhir di Monumen Perdamaian Muaro Lasak. Kirab adalah tradisi yang dilakukan taruna setiap singgah di suatu pelabuhan.

Para taruna juga sempat melakukan kunjungan ke enam sekolah pada Sabtu (11/11), yaitu SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 10, MAN 1, dan SMA PT Semen Padang.

Kunjungan bertujuan untuk memberikan materi tentang angkatan laut, dan menarik minat pelajar untuk bergabung di Angkatan laut.

Perjumpaan yang bermula di bibir dermaga, akhirnya juga berakhir dari tempat yang sama. KRI Bima Suci bertolak menuju Jakarta, pada Minggu sekitar pukul 10.00 WIB.

Lambaian tangan melepas keberangkatan kapal tersebut. Selamat bertugas KRI Bima Suci, sampai berjumpa lagi di Ranah Minang. (*)