Mahasiswa Diingatkan Adanya Perubahan Paradigma Politik di Indonesia

id Taufik Kurniawan

Mahasiswa Diingatkan Adanya Perubahan Paradigma Politik di Indonesia

Wakil Ketua DPR, Taufik Kurniawan. (Antara)

Semarang, (Antara Sumbar) - Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan mengingatkan kepada kaum muda bahwa saat ini ada perubahan paradigma politik di Indonesia sehingga diharapkan mereka tidak apolitis terhadap kondisi yang terjadi.

"Saat ini ada perubahan paradigma politik, di satu sisi demokrasi bergerak cepat namun di sisi lain ada perubahan di bidang Teknologi Informasi yang menginfiltrasi pelaku demokrasi," kata Taufik saat mengisi kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Semarang, Senin.

Dia mengatakan adanya infiltrasi Teknologi Informasi (TI) membuat pelaku demokrasi diinfiltrasi sehingga dengan adanya media sosial, pemilihan kepala daerah dikuasi oleh pihak yang miliki TI.

Wakil Ketua Umum DPP PAN itu membandingkan kampanye Pemilu Presiden (Pilpres) 2004 dengan Pilpres 2014, di 2004 kampanye menggunakan pamflet dan iklan fisik.

"Ketika Pemilu 2004 kampanye tidak secanggih saat ini, karena masih pasang spanduk, pamflet, dan iklan. Namun saat ini penggunaan media sosial sangat massif," ujarnya.

Dia menilai pola kampanye politik saat ini tidak terfokus pada penggunaan pamflet dan iklan namun memaksimalkan media sosial untuk menggaet pemilih dan mentransformasikan ide serta gagasan calon pemimpin.

Transformasi paradigma politik lainnya menurut dia, dalam pilkada tidak boleh calon pemimpin memiliki hubungan daerah secara vertikal dengan petahana sebelumnya untuk menghindari terbentuknya dinasti politik di suatu daerah.

"Pemilu diharapkan menghasilkan pemimpin yang bagus sehingga diatur tidak boleh ada hubungan darah vertikal dengan pemimpin sebelumnya. Ini untuk menghindari munculnya dinasti politik," katanya.

Taufik mengatakan pasca disahkan UU Pemilu yang baru, pelaksanaan Pileg dan Pilpres 2019 dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia pada 17 April 2019 sehingga para pemilih pemula harus sudah memiliki kriteria calon yang akan dipilihnya.

Namun dia mengingatkan agar generasi muda khususnya pemilih pemula jangan asal pilih dan jangan memilih calon pemimpin karena sang calon tampan dan memiliki uang banyak, namun harus diperhatikan keberpihakannya terhadap kepentingan masyarakat.

"Ada hal-hal yang harus dipegang teguh calon pemimpin yaitu meneladai sifat Nabi Muhammad seperti Sidiq (benar), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan), dan Fatonah (cerdas). Saya mengingatkan bahwa pemimpin bukan penguasa, kalau itu terjadi maka akan melahirkan dinasti politik," ujarnya.

Taufik mengatakan pemuda memainkan peran sentral dalam setiap perjalanan sejarah bangsa Indonesia misalnya Sumpah Pemuda di tahun 1928, berawal dari daya kritis terhadap kondisi penjajahan ketika itu.

Karena itu dia menilai pemuda khususnya mahasiswa jangan sampai kehilangan daya kritisnya karena pada hakikatnya masa depan bangsa Indonesia ada di tangan pemuda.

"Prinsip demokrasi adalah satu orang, satu suara, satu nilai sehingga tidak ada perbedaan kelas. Karena itu hati-hati gunakan hak pilih karena kita bukan mencari calon penguasa yang hanya memakmurkan kepentingan kelompoknya saja tanpa melihat kepentingan masyarakat," katanya.

Taufik juga mengingatkan agar mahasiswa berhati-hati karena ada pihak-pihak ingin mencuri kesempatan dalam proses demokrasi yang punya ambisi menjadi penguasa dengan cara menipu masyarakat serta mengatrol tingkat elektabilitas dengan cara tidak benar. (*)