Festival Seni Budaya Indonesia di London Tampilkan Kemegahan Kuliner

id kuliner

Festival  Seni Budaya Indonesia di London Tampilkan Kemegahan Kuliner

kuliner Minang. (cc)

London, (Antara Sumbar) - Festival seni budaya Indonesia tahunan di London,Inggris yang dikenal dengan Indonesia Kontemporer atau IKON memasuki tahun ketujuh tahun ini bertemakan "Kemegahan makanan" atau "Food glorious" akan berlangsung pada Sabtu(7/10).

Acara ini berlangsung di Kampus School of Oriental and African Studies, SOAS, di pusat kota London, Sabtu mendatang.

Selain menampilkan demonstrasi masak dua koki kelas dunia, Petty Elliot dan Budiono Bin Sukim, dalam acara Indonesia Kontemporer juga diadakan diskusi tentang makanan Indonesia, demikian Koordinator IKON 2017, Lenah Susianty kepada Antara London, Jumat.

Lenah Susianty menjelaskan ide dasarnya adalah membawa makanan Indonesia lebih dekat dan lebih nyata ke warga London bukan hanya melihatnya di atas meja tetapi juga merasakan ketika masih di dapur.

Tiga pengamat dan praktisi akan mencoba menjawab pertanyaan selama ini mengusik banyak warga Indonesia di Inggris, kenapa amat sulit bagi kuliner Indonesia menembus pasar internasional London.

Padahal ibu kota Inggris ini merupakan salah satu megapolitan utama, menawarkan berbagai cita rasa santapan dari berbagai pelosok dunia, termasuk dari Indonesia.

Namun keberadaan kuliner Indonesia masih jauh di bawah India, Cina, Thailand, Maroko, dan khususnya Vietnam, yang dalam satu dasawarsa belakangan berkembang amat pesat di seluruh Inggris Raya.

Produser TV independen, Janice Gabriel, dan guru besar dengan penelitian di Indonesia Timur Dr Michael Hitchcock serta Petty Elliot koki internasional dan penulis buku Jakarta Bites- akan mengulasnya bersama khalayak IKON 2017.

Pameran makanan

Selaim itu juga diadakan pameran tentang makanan Indonesia dalam bentuk poster maupun video dan warga London tidak hanya melihat namun juga bisa langsung berpartisipasi dalam kompetisi karya yang diinspirasi oleh kuliner Indonesia.

Para pengunjung boleh menggambar, menggunting, atau menyusun apa pun dan satu tim juri akan memutuskan tiga karya terbaik. Sementara belasan warung makanan dan kerajinan tangan Indonesia membuka layanan sepanjang hari.

Berbeda dengan festival budaya Indonesia umumnya, IKON menggelar acara tahunannya dengan semangat ""erayakan karya-karya yang terinspirasi oleh seni Indonesia. Itulah sebabnya banyak penampil di IKON bukan warga Indonesia namun mencintai dan mengembangkan seni maupun budaya Indonesia berdasarkan pengalaman individunya.

Namun tentu keliru jika menampilkan Indonesia terbatas pada kulinari semata. Seperti biasa

IKON juga diramaikan gamelan Jawa dan Bali oleh kelompok segala usia dan segala bangsa di London, Jagat Gamelan. Tampil pula London Angklung Ensemble dikelola KBRI London maupun improvisasi musik dan wayang berjudul Tiny Tales for Modern Wayang oleh East 15, para mahasiswa dari bidang studi World Performance di Universitas Essex.

Empat anak muda yang menamakan diri Gado-gado Ensemble dengan ramuan genre musik tradisional Indonesia yang digado-gadokan dengan folk serta rock turut meramaikan acara IKON.

Selain itu ditampilkan cerita dari dua buku tentang orang utan kecil Pirok, yang dibawakan penulisnya, Felicia Nayoan-Siregar. Tampil pertama kali di Imagine Festival di pusat kebudayaan London, Southbank, pada musim semi lalu, Si Pirok ke Kota dan Komodo mau bermain musik akan dituturkan dengan dukungan olah vokal seorang suhu gamelan dari Yogyakarta, Sunardi.

Kerja sama ini diharapkan membuka ruang baru budaya Indonesia lewat kekayaan flora dan faunanya guna meraih para penggemar baru, ujar Felicia, penulis dan penutur kedua buku itu.

Acara IKON 2017 ditutup dengan pemutaran film legendaris Indonesia, Tiga Dara, dilengkapi subtitle Bahasa Inggris. Penayangan film ini dipilih Dr Ben Murtagh -ahli film Indonesia dari SOAS- mengingatnya sebagai salah satu karya klasik dunia perfilman Indonesia setelah Lewat Tengah Malam pada IKON 2016 dan diputar juga film anak Cita-citaku Setinggi Tanah .

Indonesia Kontemporer hingga tahun ketujuh didukung SOAS dan Kedutaan Besar Indonesia di London dengan pelaksana ARTiUK, komunitas swadaya yang ingin mendekatkan budaya Indonesia ke warga dunia yang tinggal di London. Setiap tahun panitia berupaya mengangkat satu unsur budaya tertentu, demikian Lenah Susianty. (*)