Wall Street Catat Rekor Tertinggi Baru Didukung Data Ekonomi Positif

id Wall Street

Wall Street Catat Rekor Tertinggi Baru Didukung Data Ekonomi Positif

Wall Street. (Reuters)

New York, (Antara Sumbar) - Bursa saham Wall Street ditutup di rekor tertinggi baru untuk sesi keempat berturut-turut pada Kamis (Jumat pagi WIB), karena para investor mencerna sejumlah laporan ekonomi positif.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 113,75 poin atau 0,50 persen menjadi berakhir di 22.775,39 poin. Sementara itu, indeks S&P 500 bertambah 14,33 poin atau 0,56 persen menjadi ditutup pada 2.552,07 poin, dan indeks komposit Nasdaq berakhir naik 50,73 poin atau 0,78 persen menjadi 6.585,36 poin.

Dalam pekan yang berakhir 30 September, angka pendahuluan untuk klaim awal pengangguran disesuaikan secara musiman turun 12.000 dari tingkat minggu sebelumnya yang tidak direvisi menjadi 260.000, lebih rendah dari konsensus pasar sebesar 265.000, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (5/10).

Rata-rata pergerakan 4-minggu mencapai 268.250, turun 9.500 dari rata-rata minggu lalu yang tidak direvisi 277.750, kata departemen tersebut.

Departemen Perdagangan AS mengumumkan pada Kamis (5/10) bahwa defisit barang dan jasa mencapai 42,4 miliar dolar AS pada Agustus, turun 1,2 miliar dolar AS dari angka direvisi pada Juli.

Pesanan baru AS untuk barang-barang manufaktur pada Agustus, naik dalam dua dari tiga bulan terakhir, meningkat 5,4 miliar dolar AS, atau 1,2 persen menjadi 471,7 miliar dolar AS, mengalahkan perkiraan pasar, Departemen Perdagangan mengatakan dalam sebuah laporan terpisah.

Ketiga indeks utama tersebut mencatat rekor tertinggi selama tiga sesi berturut-turut dari Senin (2/10) hingga Rabu (4/10), karena pasar memperbarui harapan untuk reformasi pajak AS.

Pemerintahan Trump dan Kongres Partai Republik AS pekan lalu merilis sebuah kerangka kerja terpadu untuk reformasi kode pajak yang akan memotong tarif pajak untuk bisnis dan individu.

Namun, rencana tersebut tidak memiliki rincian bagaimana mengkonsolidasikan posisi fiskal dalam menghadapi pemotongan pajak yang besar tersebut. (*)