Wako Pariaman Minta Masyarakat Lestarikan Gandang Tasa

id Mukhlis Rahman

Wako Pariaman Minta Masyarakat Lestarikan Gandang Tasa

Wali Kota Pariaman, Mukhlis Rahman. (cc)

Pariaman, (Antara Sumbar) - Wali Kota Pariaman, Sumatera Barat Mukhlis Rahman meminta seluruh elemen masyarakat di daerah itu agar ikut serta melestarikan Gandang Tasa sebagai salah satu bentuk kesenian lokal.

"Kesenian daerah harus tetap dipertahankan dan dilestarikan agar tidak punah demi generasi masa depan selanjutnya," kata dia di Pariaman, Senin, dalam rangkaian pesta Hoyak Tabuik Piaman 2017.

Ia mengatakan jika tidak ada upaya nyata dari semua elemen masyarakat dalam melestarikan kesenian khas daerah tersebut maka menjadi kerugian bagi semua pihak.

"Kalau bukan kita yang menjaga, memelihara, dan melestarikannya lalu siapa lagi. Tentunya ini menjadi tanggung jawab semua pihak," ujar dia.

Apalagi kata dia, kemajuan zaman dan Teknologi Informasi (TI) yang semakin cepat turut mempengaruhi masuknya kebudayaan baru ke suatu lingkungan masyarakat.

Jika masyarakat tidak siap dalam memilah maka dikhawatirkan kebudayaan dan kearifan lokal asli akan tertinggal, ujarnya.

Sebagai langkah nyata dari pihak pemerintah katanya, dinas-dinas terkait telah mengadakan perlombaan Gandang Tasa kreasi tingkat pelajar Sekolah Dasar (SD).

Tujuannya ujar dia, agar para anak didik dikenalkan sedini mungkin tentang berbagai kebudayaan dan kesenian khas daerah.

Selain bertujuan melestarikan kesenian daerah, hal itu dinilai juga mampu mengembangkan psikomotorik anak didik dalam berkreativitas.

"Tentunya hal itu baik bagi perkembangan mental serta merangsang otak anak dalam mengembangkan kreativitasnya," ujarnya.

Pihaknya berharap semua elemen masyarakat dapat bekerja sama dan menjunjung tinggi kesenian daerah agar tidak hilang oleh perkembangan zaman.

Sementara itu salah seorang tetua Tabuik Nagari Subarang, Syafruddin mengatakan Gandang Tasa adalah semacam alat musik perkusi yang dipukul, biasanya terdiri dari enam buah Tambur (gendang) dan satu buah Tasa.

Syafrudin menjelaskan, menurut sejarahnya, gendang itu berasal dari bagian kayu yang tersisa sewaktu pembuatan kapal Nabi Nuh di tanah Arab kemudian dibawa oleh laut ke pantai Sumatera Barat.

Selain Tabuik, Gendang Tasa juga digunakan untuk mengarak "anak daro jo marapulai" (pengantin), dan sejumlah acara menyambut tamu agung yang datang ke Pariaman kemudian digabung dengan Silat Gelombang. Gendang Pemicu Perang.

"Gandang Tasa Paimbau Urang" (gendang tasa pemanggil orang), demikian Syafrudin mengibaratkan fungsi gendang itu. (*)