New York, (Antara Sumbar) - Wall Street menguat dengan S&P 500 ditutup sedikit lebih tinggi pada Jumat (Sabtu pagi WIB), meskipun Apple menjadi hambatan, karena para investor mengabaikan kekhawatiran tentang Korea Utara dan kekhawatiran tentang proposal undang-undang kesehatan terbaru Washington mereda.
Para investor di pasar yang lebih luas juga didorong oleh lompatan dalam indeks saham-saham berkapitalisasi kecil Russell 2000, yang diakhiri dengan rekor penutupan tertinggi.
Setelah hari bergejolak, sektor perawatan kesehatan S&P berakhir 0,1 persen lebih tinggi, karena saham-saham asuransi kembali menguat setelah Senator Republik John McCain mengatakan bahwa dia menentang upaya rekan-rekan Republiken untuk menggantikan UU Kesehatan Presiden Barack Obama.
Sektor teknologi S&P berhasil memperoleh keuntungan kecil karena para investor memiliki selera risiko lebih besar, sekalipun terjadi penurunan satu persen pada saham Apple karena reaksi yang diredam terhadap peluncuran produk iPhone terbaru.
"Penghapusan UU Kesehatan yang menggantung, fakta dampak Korea Utara terhadap pasar semakin berkurang dan pergerakan Russell2000 telah membuat semua investor berpikir cerdas bahwa pasar terus berputar lebih tinggi," kata Michael Antonelli, direktur pelaksana perdagangan penjualan institusional di Robert W. Baird di Milwaukee.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 9,64 poin atau 0,04 persen menjadi ditutup pada 22.349,59 poin, indeks S&P 500 naik 1,62 poin atau 0,06 persen menjadi berakhir di 2.502,22 poin, dan indeks komposit Nasdaq ditutup bertambah 4,23 poin atau 0,07 persen menjadi 6.426,92 poin.
Beberapa investor beralih ke aset-aset "safe haven" seperti emas,setelah Korea Utara mengatakan mungkin akan menguji bom hidrogen di atas Samudera Pasifik sebagai tanggapan terhadap ancaman Presiden AS Donald Trump yang akan menghancurkan negara itu jika menyerang AS atau sekutunya.
Tetapi yang lainnya merasa bahwa pasar akan bertahan dengan perseteruan yang sedang berlangsung antara negara-negara tersebut, yang telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Lima dari 11 sektor utama S&P berakhir lebih rendah danutilitas memimpin penurunan dengan kerugian 0,7 persen.
Setelah turun sebanyak 0,5 persen, sektor kesehatan berakhir 0,08 persen lebih tinggi.
Sebelumnya, kekhawatiran tentang RUU kesehatan Graham-Cassidy telah mendatangkan malapetaka pada saham-saham perusahaan asuransi, dengan UnitedHealth ditutup turun 1,1 persen setelah jatuhsebanyak 3,6 persen di awal perdagangan.
Indeks layanan telekomunikasi kecil, dengan hanya empatsaham, mencatat persentase kenaikan terbesar dengan 1,4 persen karena spekulasi konsolidasi, sementara indeks energi naik 0,5 persen karena harga minyak berjangka lebih tinggi.
T-Mobile menguat satu persen setelah Reuters melaporkanbahwa operator jaringan ponsel itu sudah dekat untuk menyetujuipersyaratan sementara pada kesepakatan untuk bergabung dengan Sprint, yang saham melonjak 6,1 persen.
Laporan tersebut juga mendorong saingannya yang lebih besar, Verizon Communications dan AT&T Inc, yang bisa diuntungkandari berkurangnya satu pesaing.
Sekitar 5,26 miliar saham berpindah tangan di bursa AS dibandingkan dengan rata-rata 6,03 miliar selama 20 sesi terakhir. (*)
Berita Terkait
Saham Wall Street ditutup lebih tinggi, Dow bukukan kenaikan hari kedelapan
Kamis, 20 Juli 2023 7:41 Wib
Jokowi dijadwalkan temui pelajar dan resmikan Papua Street Carnival
Jumat, 7 Juli 2023 8:48 Wib
Saham-saham Wall Street Sabtu pagi berakhir turun tajam tertekan kecemasan penularan bank
Sabtu, 18 Maret 2023 6:47 Wib
Saham-saham Wall St Selasa pagi sebagian besar turun terseret saham bank, Nasdaq menguat
Selasa, 14 Maret 2023 7:09 Wib
Saham-saham Wall Street Kamis pagi beragam, investor bidik data pekerjaan mendatang
Kamis, 9 Maret 2023 7:11 Wib
Saham-saham Wall St Rabu pagi anjlok imbas Powell isyaratkan kenaikan suku bunga lebih tajam
Rabu, 8 Maret 2023 6:28 Wib
Saham-saham Wall Street Selasa pagi ditutup beragam jelang kesaksian Powell, laporan pekerjaan
Selasa, 7 Maret 2023 6:34 Wib
Saham-saham Wall Street Jumat pagi menetap lebih tinggi setelah imbal hasil obligasi melemah
Jumat, 3 Maret 2023 6:20 Wib