KLHK Jadikan Pancuang Taba Lokasi Studi Banding

id Hutan

KLHK Jadikan Pancuang Taba Lokasi Studi Banding

Hutan. (ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)

Painan, (Antara Sumbar) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjadikan Nagari (desa adat) Pancuang Taba, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, sebagai lokasi studi banding bagi 14 fasilitator desa.

"Studi banding yang melibatkan 14 fasilitator desa merupakan proyek 'Forest Programme III' dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Para fasilitator akan ditugaskan di Wilayah Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah," kata Koordinator Teknis Proyek Forest Programme III Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Helmayetti Hamid di Painan, Kamis.

Ia menambahkan dipilihnya Pancuang Taba sebagai lokasi studi banding karena ada alternatif kegiatan ekonomi masyarakat di sekitar taman nasional seperti pemanfaatan air untuk menghasilkan listrik dan pertanian organik.

"Kedua kegiatan membawa dampak positif terhadap kelangsungan taman nasional dan kedua kegiatan itu merupakan ilmu bagi fasilitator desa ketika ditugaskan Wilayah Taman Nasional Lore Lindu," katanya.

Terpisah, Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Sahyudin menyebutkan masyarakat di Nagari Pancuang Taba secara keseluruhan sadar bahwa TNKS memberikan keuntungan seperti terjaganya kestabilan air, terjaganya ekosistem dan lain sebagainya.

Bahkan, katanya jika dibandingkan dari beberapa nagari di Pesisir Selatan yang juga bersebelahan dengan TNKS, masyarakat Pancung Taba merupakan yang terbaik terkait kepedulian terhadap keberlangsungan tumbuhnya TNKS.

Sementara itu, Wali Nagari (Kepala Desa Adat) Pancuang Taba, Asrul Nurman menyebutkan memunculkan kepedulian terhadap keberlangsungan TNKS membutuhkan kekompakan serta kepedulian dari seluruh elemen masyarakat.

Dengan demikian, kata dia, tumbuh kesadaran bahwa hutan adalah teman yang bisa memberikan kemudahan serta menjauhkan masyarakat dari marabahaya seperti banjir, longsor, kekeringan dan lain sebagainya.

"Sebelum 2000, pembalakan liar marak di nagari kami, namun berkat kepedulian dan kekompakan hal tersebut tidak terjadi lagi, bahkan menebang pohon yang tumbuh di kawasan TNKS hanya untuk sekadar membangun rumah tidak juga tidak ada," katanya. (*)