"The NextDev", Menciptakan Solusi Peran Digital

id the next dev

"The NextDev", Menciptakan Solusi Peran Digital

Finalis The NextDev 2016 bersama Telkomsel berkunjung ke Kantor Pusat Singtel Innov8, di Singapura, pada Februari 2017. Kunjungan itu diharapkan bisa menambah pengetahuan dan pengalaman finalis. (Telkomsel)

Teknologi informasi kian hari kian berkembang. Jika dulu masyarakat melakukan segala sesuatu secara manual, kini bisa dilakukan hanya dengan menggeser-geser jari telunjuk.

Sebut saja dalam bidang transportasi, menunggu di pinggir jalan yang harus menahan terik matahari sudah tak diperlukan lagi. Karena dengan perkembangan teknologi, seseorang bisa langsung memesan apa yang dibutuhkan dari dalam kamar.

Cukup geser, geser, pencet, pencet, maka datang transportasi yang diinginkan, begitu kemudahan yang dijanjikan kemajuan teknologi. Hal itu dapat disaksikan langsung pada fenomena aplikasi ojek (daring) yang kini bermunculan.

Tak hanya dalam bidang transportasi, aplikasi digital itu juga telah digunakan untuk bidang lain. Seperti pemesanan makanan, transaksi perbankan, bahkan pembayaran listrik dan air.

Secepatnya kemajuan teknologi itu akan menyapa komunitas petani cabai di Lampung Selatan, serta komunitas petani kentang di Garut, Jawa Barat, dengan luas lahan garapan mencapai sembilan hektar.

Hal tersebut berkat penggunaan aplikasi milik "Habibi Garden", dan "Eragano" yang merupakan finalis inkubasi "The NextDev" 2016, untuk bidang agrikultur.

Selain dua kelompok di atas, ditargetkan aplikasi digital itu juga diterapkan bagi kelompok lain sebanyak mungkin. Sehingga gaya bercocok tanam dilakukan secara otomasi (berbasis mesin dan teknologi) pada mekanisme pengairan, pemupukan, intensitas cahaya, serta penggunaan sensor pembaca kondisi tanah sebanyak 560 unit.

Kehadiran karya dari "Habibi Garden" dan "Eragano" itu, setidaknya bisa memuaskan Telkomsel sebagai penyelenggara "The NextDev".

Karena ajang yang bersifat kompetisi itu memang digelar, untuk menampung aplikasi digital terbaik anak negeri. Sejalan dengan tema yaitu "Karya Anak Bangsa untuk Solusi Indonesia".

Anak-anak muda yang berbakat dalam penciptaaan aplikasi digital, ditantang menyelesaikan empat persoalan dengan aplikasi ciptaaan masing-masing. Yaitu bidang kesehatan, pengetahuan, agrikultur, dan transportasi.

"Telkomsel berupaya membangun ekosistem pengembangan digital Indonesia yang berkesinambungan dan bermanfaat. Ada tiga acuan yaitu menjadi Smart Innovation (pemecah permasalahan), Smart Community (penggerak inovasi bidang teknologi), dan Smart Solution (penyelesai masalah)," kata VP Corporate Communication Telkomsel Adita Irawati, kepada Antara.

Tak seperti lomba biasa yang berakhir setelah pemenang diumumkan, lalu karya menjadi penghuni lemari bersama piagam penghargaan. Ajang tahunan itu hadir layaknya jembatan.

Karena selain hadiah uang total Rp7 Miliar, karya terbaik ciptaan finalis akan digiring sampai benar-benar bisa dimanfaatkan.

Itulah yang tengah dilakukan Telkomsel bersama dengan "Habibi Garden" dan "Eragano". Para finalis itu diajak berkolaborasi untuk mengembangkan program PETANI (Peduli Tani Anak Negeri). Sebuah program agrikultur digital untuk memberdayakan komunitas petani Indonesia dari hulu ke hilir, dengan pemanfaatan teknologi khususnya seluler dan Internet of Things (IoT).

Solusi PETANI menggabungkan kemampuan Habibi Garden yang dapat memonitor kondisi tanaman secara real-time, dan Eragano yang menghadirkan ahli pertanian melalui platform digital bagi petani rumah tangga.

Dengan kekuatan dan kestabilan jaringan di berbagai lokasi pertanian serta perkebunan, Telkomsel optimis penerapan sietem digital dapat meningkatkan produktivitas petani, mengurangi biaya, serta meminimalkan kemungkinan gagal tanam.

Kolaborasi yang sama juga pernah dilakukan Telkomsel dengan pemenang The NextDev 2015 "Gandeng Tangan". Karyanya (Gandeng Tangan, red), berhasil menjembatani 600 pemberi pinjaman dana dari 4.000 user, untuk mendanai 11 proyek wirausaha sosial.

Hingga saat ini The NextDev telah diselenggarakan sebanyak dua kali, terhitung sejak 2015. Selama dua tahun itu terdapat sebanyak 1.400 aplikasi digital.

Karya-karya tersebut adalah "racikan tangan" anak-anak muda kreatif yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia. Seperti Padang, Batam, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Denpasar, Surabaya, Malang, Pontianak, Balikpapan, Samarinda, Gorontalo, Makassar, dan lainnya.

Pada 2017, Telkomsel kembali menggelar even yang sama untuk ketiga kalinya. Batas akhir penerimaan karya peserta ditutup pada 7 Oktober 2017.