Munculkan Oleh-oleh Khas Pesisir Selatan, Koperasi Didorong Rambat Sektor Wisata

id Mandeh

Munculkan Oleh-oleh Khas Pesisir Selatan, Koperasi Didorong Rambat Sektor Wisata

Foto udara kawasan wisata Mandeh di Kab.Pesisir Selatan, Sumatera Barat. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Painan, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, mendorong koperasi merambat ke sektor pariwisata karena setiap tahunnya ribuan wisatawan mengunjungi destinasi wisata di daerah itu.

"Kami lihat oleh-oleh dan penganan yang dijual pada objek wisata di Pesisir Selatan belum menunjukkan ciri khas daerah ini. Ini peluang bagi koperasi membuka unit usahanya," kata Kepala Bidang Koperasi dan UMKM, Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan dan Perindustrian Pesisir Selatan Heri di Painan, Jumat.

Ia menambahkan saat ini oleh -oleh di daerah itu bisa dengan mudah ditemukan di beberapa daerah di Sumbar seperti jeruk, ikan asin, durian dan lainnya.

Sementara terkait penganan juga begitu. Ia menyebutkan masakan yang dijual pedagang di Pesisir Selatan juga bisa dapat ditemui pada beberapa daerah di Sumbar seperti gulai ikan karang, rendang dan lainnya.

Untuk itu, katanya peluang koperasi mengembangkan unit usahanya pada sektor pariwisata cukup terbuka luas.

Menurutnya saat ini hanya ada tiga koperasi yang merambat ke sektor pariwisata diantaranya Koperasi Nagari Wisata Langkisau, Koperasi Pedagang Kaki Lima dan Koperasi Riak Mandeh.

Khusus Koperasi Nagari Wisata Langkisau, Koperasi Pedagang Kaki Lima berkedudukan di Objek Wisata Pantai Carocok namun unit usahanya baru pada penyewaan kios.

Sementara Koperasi Riak Mandeh berkedudukan di Kawasan Wisata Mandeh namun hingga sekarang belum membentuk unit usahanya.

"Khusus koperasi yang berkedudukan di Pantai Carocok Painan, kami mendorong agar mereka tidak sebatas menyewakan kios namun juga merambat unit usaha lain seperti menyediakan oleh-oleh serta panganan khas, menyewakan kapal wisata, menyediakan paket wisata dan lainnya," terangnya.

Pada daerah setempat terdapat 334 koperasi, 112 diantaranya non aktif dan dalam tahap revitalisasi agar bisa kembali eksis seperti sedia kala. (*)