Wall Street Ditutup Bervariasi Di Tengah Data Ekonomi Kuat

id Wall Street

Wall Street Ditutup Bervariasi Di Tengah Data Ekonomi Kuat

Wall Street. (Reuters)

New York, (Antara Sumbar) - Saham-saham di Wall Street mengurangi kenaikan awal dan ditutup bervariasi pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena data ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan menaikkan kemungkinan Federal Reserve menaikkan suku bunga pada Desember.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 5,28 poin atau 0,02 persen menjadi berakhir di 21,998.99 poin.

Sementara itu, indeks S&P 500 ditutup beringsut turun 1,23 poin atau 0,05 persen menjadi 2.464,61 poin, dan indeks Komposit Nasdaq kehilangan 7,22 poin atau 0,11 persen menjadi berakhir di 6.333,01 poin.

Perkiraan awal penjualan ritel dan jasa-jasa makanan AS untuk Juli mencapai 478,9 miliar dolar AS, meningkat 0,6 persen dari bulan sebelumnya, dan lebih tinggi dari perkiraan kenaikan 0,4 persen, Departemen Perdagangan mengumumkan pada Selasa (15/8).

"Penjualan ritel yang lebih kuat menempatkan Fed kembali ke jalur kenaikan (suku bunga) pada Desember," kata Chris Low, kepala ekonom di FTN Financial. "Probabilitasnya 38,1 persen setelah rilis (data ekonomi) dan kemungkinan akan meningkat lebih lanjut sepanjang hari."

Sementara itu, harga impor AS naik tipis 0,1 persen pada Juli, dipimpin oleh kenaikan harga bahan bakar yang lebih daripada mengimbangi harga impor non bahan bakar yang lebih rendah, menurut Departemen Tenaga Kerja.

Kenaikan harga impor pada Juli mengikuti penurunan pada masing-masing dua bulan sebelumnya. Harga ekspor AS naik 0,4 persen pada Juli, setelah turun 0,2 persen pada Juni.

Saham-saham AS mengalami kenaikan yang kuat pada Senin (14/8), karena ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK) mulai mereda.

"Risk on" adalah nama permainan pada Senin, kata Stephen Guilfoyle, presiden Sarge986 LLC, pada Selasa (15/8). "Ketegangan tentang perang termo-nuklir global mulai surut."

Para analis mengatakan pasar pulih dari kemunduran minggu lalu di tengah berkurangnya ketakutan akan konflik militer dan kecenderungan investor untuk membeli saham setelah mundur. (*)