Menristekdikti: "Startup" Harus Efisien dan Kompetitif

id Mohamad Nasir

Menristekdikti: "Startup" Harus Efisien dan Kompetitif

Menristekdikti Mohamad Nasir. (Antara)

Makassar, (Antara Sumbar) - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan pengembangan "startup" sebagai salah satu perusahaan dalam proses hilirisasi dan komersialisasi produk-produk inovasi seyogyanya memiliki daya kompetitif dan efisiensi tinggi.

Menristekdikti pada Seminar Forum "Startup" Nasional dengan tajuk "Menumbuhkembangkan Start Up Nasional Berdaya Saing Global" di Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat, mengatakan bahwa pertumbuhan perusahaan "startup" tidak bisa dilepaskan dari pertumbuhan riset.

"Riset inilah awal mula adanya 'startup'," kata Nasir.

Untuk itu ia mendorong para peneliti untuk menggalakan riset, jangan hanya berhenti pada publikasi ilmiah semata namun haruslah berlanjut pada tahap prototipe dan komersialisasi. Syarat produk inovasi yang siap menjadi "startup" adalah telah memiliki tingkat kesiapan teknologi pada level 7.

Namun demikian, Nasir menekankan bahwa suatu produk inovasi tidak ada artinya jika berharga mahal, umur ekonomis pendek, dan pengerjaan rumit. Dirinya mencontohkan produk inovasi yang telah dijadikan "startup" yaitu Kapal Nelayan Pelat Datar yang diluncurkan oleh Wakil Presiden pada puncak peringatan Hakteknas, Rabu (10/8).

"Produk ini harganya murah, lebih murah dari kapal berbahan kayu maupun fiber. Dari sisi umur ekonomis, kapal ini memiliki umur pemakaian yang lama bisa sampai 30 tahun. Dan dari sisi pengerjaan, kapal ini lebih sederhana dan lebih cepat dibandingkan pengerjaan kapal pada umumnya," lanjutnya.

Lebih lanjut Nasir mengatakan bahwa upaya menumbuhkembangkan start up khususnya di perguruan tingggi sudah dilakukan sejak 2014 melalui pusat unggulan inovasi di berbagai kampus. Pada pusat unggulan inovasi inilah dilakukan penggodokan hasil-hasil riset supaya siap dihilirkan menjadi produk inovasi, untuk itu kerjasama dengan industri menjdi faktor penting dalam fase hilirisasi produk inovasi.

"Dari poduk inovasi ini jika mampu dihilirkan dan dikomersialkan dengan baik akan memiliki efek multiplayer. Ekonomi masyarakat bisa berkembang lebih baik," ujar Nasir.

Nasir mencontohkan "startup" kopi dan kakao yang dikembangkan di Jember, dari sektor hulu sampai proses sudah baik. Penyedian bibit, proses penanaman dan pemanenan dan pengolahan bahan mentah sudah berjalan baik.

Namun di sisi industri pengolahannya masih berjalan normatif. Untuk itu Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) bekerja sama dengan Swiss untuk mengolah hasil kakao menjadi produk unggulan cokelat Indonesia.

Sedangkan untuk permodalan "startup", Nasir mengimbau investor tidak perlu khawatir. "Kalau 'startup' ini punya daya saing bagus, pasti diincar oleh investor".

Menurut dia, Kemenristekdikti akan membantu memediasi antara inventor dengan investor. Menurut Nasir itu sudah menjadi tugas Kementerian. (*)