Pertemuan Dai dan Ulama Lahirkan Deklarasi Padang

id Pertemuan dai

Pertemuan Dai dan Ulama Lahirkan Deklarasi Padang

Pertemuan dai dan ulama se-Asia Tenggara, Afrika dan Eropa yang diselenggarakan dari 11 hingga 20 Juli 2017 di Kota Padang. (cc)

Padang, (Antara Sumbar) - Pertemuan dai dan ulama se-Asia Tenggara, Afrika dan Eropa yang diselenggarakan dari 11 hingga 20 Juli 2017 di Kota Padang, Sumatera Barat, melahirkan sebuah kesepakatan yang disebut dengan "Deklarasi Padang".

Ketua Umum Ikatan Ulama dan Dai Asia Tenggara Muhammad Zaitun Rasmin, di Padang, Kamis, mengatakan hal ini dilakukan setelah membahas serta mendiskusikan seluruh makalah dari para pembicara yang hadir.

"Setelah mendiskusikan makalah para pembicara yang hadir dari beberapa negara maka terdapat enam poin yang selanjutnya disebut dengan Deklarasi Padang," katanya.

Ia menyebutkan poin pertama adalah mewujudkan umat Islam sebagai umat yang satu merupakan kewajiban syar'i dan kebutuhan kaum muslimin.

Kedua, umat Islam sebagai umat yang satu, tidak menafikan adanya perbedaan dan perselisihan pada internal umat Islam, selama itu tetap dalam bingkai akhlak yang mulia.

Ketiga, persatuan umat Islam ditegakkan atas akidah yang lurus, ibadah yang benar dan akhlak yang mulia, berdasarkan Al Quran dan Sunnah sesuai dengan pemahaman para sahabat, tabi'in dan para ulama mu'tabar.

Poin ke empat ialah pentingnya sikap pro aktif dari seluruh kaum muslimin dalam membangun kesatuan, persatuan dan persaudaraan umat Islam dengan menumbuh kembangkan sifat tabayyun, husnuzhan, rasa cinta dan kasih sayang, saling menghargai dan toleran, saling bersilaturahim dan bermusyawarah, serta menghindari segala hal yang dapat menyebabkan perselisihan, perpecahan dan permusuhan.

Kelima, pentingnya peran ulama dalam keteladanan tentang kesatuan, persatuan, persaudaraan dan tolong menolong, pro aktif dalam menyelesaikan perselisihan yang terjadi dalam tubuh umat Islam dan senantiasa mengarahkan ummat agar terhindar dari pemikiran ekstrim baik kanan (terorisme dan radikalisme) maupun ekstrim kiri (liberalisme).

Terakhir atau yang keenam adalah sangat diperlukan peran aktif umat Islam melalui berbagai lembaga Islam dalam mewujudkan sikap solidaritas dan membantu kaum muslimin yang sedang mengalami kesulitan dan kezaliman seperti yang terjadi di Rohingya dan Palestina serta beberapa negeri muslim lainnya yang mengalami kelaparan dan bencana dahsyat.

Sementara itu Wali Kota Padang, Mahyeldi mengharapkan dari pertemuan ini dapat mengembalikan kejayaan umat, membangun persatuan serta menyebar kasih sayang antar sesama.

"Mimpi umat Islam untuk mengokohkan semangat persatuan telah diwujudkan dalam kegiatan ini," katanya. (*)