Solok Pacu Produksi Padi Penuhi Target Nasional

id Bupati

Solok Pacu Produksi Padi Penuhi Target Nasional

Bupati Solok, Gusmal menyerahkan cendera mata kepada pegawai dinas pertanian yang telah pensiun. (12/7) (Antara Sumbar/Tri Asmaini)

Arosuka, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok, Sumatera Barat memacu produksi padi di kabupaten tersebut untuk memenuhi target nasional di atas 35 persen.

"Untuk skala Provinsi Sumbar produksi padi kita sudah melampaui target di atas 35 ribu hektar. Sekarang bagaimana kita bisa mencapai target produksi secara nasional di atas 35 persen pada tahun ini," kata Bupati Solok Gusmal saat acara halal bihalal dinas pertanian dan penyuluh di balai penyuluh Pertanian Muara Panas Kec. Bukit Sundi, Rabu.

Ia menjelaskan sektor pertanian masih menjadi primadona untuk dikembangkan, meski produksi pertanian terutama padi telah melampaui target produksi pada skala provinsi Sumbar, namun pemerintah daerah setempat masih berupaya memenuhi target produksi nasional.

Pihaknya meminta petugas di lingkup Dinas Pertanian setempat untuk all out (total) dalam meningkatkan produksi pertanian. Upaya itu, dilakukan dengan memaksimalkan penggarapan lahan, sehingga musim tanam dan panen bisa dipercepat dari biasanya.

"Jangan ada lagi lahan terlantar karena kelalaian, kalau saat ini musim panen kita hanya 5 kali dalam 2 tahun, bagaimana kedepan menjadikannya 3 kali dalam setahun. Disitulah peran penyuluh dalam memotivasi petani melalui sosialisasi dan pembinaan program pertanian," ujarnya.

Lanjutnya, bukan tidak mungkin Solok memenuhi target produksi secara nasional. Hal itu juga ditunjang oleh potensi sumberdaya alam dengan tanah yang subur serta potensi sumberdaya air yang sangat memadai.

"Kendala kita hanya pada paradigma petani yang sering melalaikan musim tanam, kondisi ini sering kali berdampak pada lamanya masa pemberantasan hama pada lahan pertanian di suatu wilayah yang membuat petani sering mengalami gagal panen," ujarnya.

Sementara terkait adanya keluhan petani yang sering mengeluhkan adanya kelangkaan pupuk, ia justru menilai hal itu adalah akibat kelalaian petani.

Karena menurutnya, petani sering mengisi rencana definitif kebutuhan Kelompok (RDKK) tidak sesuai dengan kebutuhan kelompoknya. Padahal, RDKK merupakan dasar dalam penetapan jatah pupuk bersubsidi bagi petani.

"Ada pula petani yang sudah merasa kaya, enggan untuk mengisi RDKK, sehingga terjadi pengurangan jatah. Jadi wajar kalau pupuk sering tidak cukup," ujarnya.

Sedangkan persoalan lain adalah, distribusi pupuk itu sendiri dari produsen yang belum mampu memenuhi kebutuhan di Kabupaten Solok. Idealnya, sudah disalurkan sebanyak 75 ribu ton pupuk, namun hingga kini baru terpenuhi sebanyak 40 ribu ton.

"Jadi persoalannya kelangkaan pupuk ditingkat produsen yang akan disalurkan ke petani di daerah kita ini," ujarnya.

Sementara untuk mengatasi adanya permainan dalam distribusi pupuk ini, pihaknya akan meminta Komisi pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) untuk bekerja maksimal agar kebutuhan pupuk tidak langka ditingkat petani.

"Ini yang sering dikeluhkan oleh petani, distributor sering mempermainkan distribusi pupuk. Makanya peran KP3 ini harus dimaksimalkan dalam mengawasi distribusi agar sampai ke petani," kata dia.

Sedangkan, Kepala dinas pertanian Admaizon mengatakan, selain memaksimalkan potensi padi sawah, pihaknya saat ini juga fokus mengembangkan peningkatan produksi bawang merah.

Bahkan selain bawang merah, kabupaten Solok juga ditargetkan sebagai sentra penghasil bawang putih untuk wilayah sumatera oleh kementerian pertanian RI.

Saat ini ada sebanyak 172 penyuluh yang terdiri dari 124 PNS sisanya THL dan swadaya di kab. Solok yang akan diberdayakan untuk meningkatkan produksi pertanian di Kab. Solok.

"Kita berharap, target swasembada beras yang ditargetkan oleh pemerintah pusat pada 2045 mendatang bisa tercapai," ujarnya.

Bupati Solok Gusmal juga menyerahkan cenderamata kepada pegawai dinas pertanian yang memasuki masa pensiun, setelah Halal bihalal dengan jajaran dinas pertanian dan penyuluh di Balai penyuluh pertanian di Muara Panas. (*)