Padangpariaman Anggarkan Rp1,4 Miliar untuk Merenovasi RTLH

id Rumah Tidak Layak Huni

Padangpariaman Anggarkan Rp1,4 Miliar untuk Merenovasi RTLH

Rumah keluarga miskin di Korong Hilalang Gadang, Nagari Parit Malintang, Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padangpariaman. Istri keluarga miskin itu, Mayanis berharap pihak pemerintah atau donatur mau membantu merenovasi rumahnya karena penghasilan dari pekerjaan sebagai buruh tidak mencukupi untuk memperbaikinya. (ANTARA SUMBAR/Aadiaat M.S)

Parit Malintang, (Antara Sumbar) - Pemerintah Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, menganggarkan dana sebesar Rp1,4 miliar untuk merenovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) milik keluarga miskin pada 2017.

"Setiap rumah tidak layak huni mendapatkan Rp15 juta yang pembagian jumlahnya merata di setiap kecamatan," kata Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak setempat, Arman di Parit Malintang, Rabu.

Ia mengatakan dana tersebut diberikan dalam bentuk bahan bangunan yang dibutuhkan untuk merenovasi rumah mereka.

"Sedangkan upah tukang diserahkan kepada keluarga penerima dan diharapkan bisa melalui swadaya masyarakat setempat," katanya.

Hal ini untuk memancing solidaritas warga sekitar dan pemerintah terendah untuk menggerakkan warganya agar lebih peduli dengan tetangga sekitar.

Ia mengatakan untuk menentukan rumah keluarga miskin yang layak direnovasi diserahkan kepada pemimpin kecamatan dan nagari, karena pemerintahan terendah itu lebih mengetahui kondisi warganya.

Berdasarkan data 2015 jumlah keluarga miskin di daerah itu sekitar 36 ribu KK, dan untuk data terbaru pihaknya akan melakukaan pendataan ulang.

"Seharusnya pendataan dilakukan per tahun, namun karena dana yang dibutuhkan besar, dan anggaran sedikit terpaksa menggunakan data 2015," ujarnya.

Sementara itu, warga miskin di Korong Hilalang Gadang, Nagari Parit Malintang, Kecamatan Enam Lingkung, Mayanis berharap kepada pemerintah membantu merenovasi rumahnya, karena penghasilan dari pekerjaan sebagai buruh tidak mencukupi untuk memperbaiki rumahnya yang sudah tidak layak huni.

Ia mengaku memiliki delapan anak, dan rumahnya berukuran 2,5 meter x 3,5 meter dan tidak dialiri listrik meskipun kabel PLN melintas tepat di atas rumahnya.

"Karena rumah kami kecil terpaksa tiga orang anak laki-laki dan satu anak perempuan harus tidur di rumah tetangga," kata dia.

Selain itu atap rumah tersebut juga telah banyak yang bocor sehingga ketika hujan semua anggota keluarga terpaksa mengungsi ke rumah tetangga. (*)