Wabup Padangpariaman Dukung UKM Kaus Bertulis Dialek Piaman

id Suhatri Bur

Wabup Padangpariaman Dukung UKM Kaus Bertulis Dialek Piaman

Wakil Bupati Padangpariaman, Suhatri Bur. (Antara)

Parit Malintang, (Antara Sumbar) - Wakil Bupati Padangpariaman, Sumatera Barat, Suhatri Bur mendukung Usaha Kecil Menengah (UKM) di bidang baju kaus sablon bertuliskan bahasa Minangkabau dengan dialek setempat karena akan membantu menghidupkan pariwisata setempat.

"Kita memiliki sejumlah objek wisata yang tidak kalah dengan daerah lain, dan usaha baju kaus tersebut akan menjadi pendukungnya," kata dia di Parit Malintang, Senin.

Ia mengatakan usaha tersebut selain dapat mempertahankan bahasa Minang juga bisa sebagai cenderamata bagi wisatawan yang berkunjung ke Sumbar secara umum, dan Padangpariaman khususnya.

Dengan adanya cenderamata bercirikan Piaman atau wilayah Kabupaten Padangpariaman dan Kota Pariaman maka kedua daerah itu dikenal oleh masyarakat luas, sehingga menarik wisatawan ke sana.

Ia juga mendorong pelaku UKM untuk membuka kios di sejumlah objek wisata dengan mengangkat ciri khas masing-masing destinasi wisata.

"Namun pelaku UKM baju kaus hendaknya juga mempromosikan program utama pemerintah seperti "Ayo ikuik suksesan pambangunan Tarok City" atau ayo ikut sukseskan pembangunan Tarok City," katanya.

Selain itu pelaku UKM juga dapat mengkritik pemerintah melalui tulisan di baju kaus tersebut yang tentunya menggunakan bahasa Minang dialek Piaman.

Sementara itu, pemilik toko Wayoik yang merupakan pelaku UKM baju kaus sablon bertuliskan Bahasa Minang dialek Piaman, Muhammad Fadli mengatakan usaha yang dirintisnya pada awalnya bertujuan mempertahankan bahasa daerah itu.

"Sekarang pemuda Piaman sudah jarang menggunakan Bahasa Minang dialek Piaman karena malu ditertawakan teman-temannya," ujarnya.

Agar bahasa tersebut tidak hilang maka dirinya merintis usaha baju sablon sehingga bahasa daerah itu tidak terasa asing oleh orang lain dan pemuda setempat tidak merasa malu menggunakan bahasa tersebut.

Ia mengatakan semenjak usaha itu dirintis beberapa tahun lalu sudah banyak perantau Minang asal daerah itu memesan bajunya untuk digunakan di perantauan.

Tulisan di baju yang diproduksi seperti gelar yang diberikan oleh pihak mempelai perempuan kepada mempelai laki-laki di antaranya sutan, bagindo, sidi, dan marah.

Selain itu juga ada kalimat seperti "wak sato lo ciek" atau saya juga ikut, baganti maliang jo koruptor atau berganti maling dengan koruptor, dan ajo is me atau ajo adalah aku. (*)