BI: Inflasi Sumbar Terkendali Selama Ramadhan

id Puji Atmoko

BI: Inflasi Sumbar Terkendali Selama Ramadhan

Kepala Perwakilan BI Sumbar, Puji Atmoko. (Antara)

Padang, (Antara Sumbar) - Bank Indonesia perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) menilai selama Ramadhan 2017 inflasi di provinsi itu relatif terkendali dan tercatat lebih rendah dibandingkan Ramadhan 2016.

"Pada Juni 2017 inflasi Sumbar hanya 0,32 persen, sementara pada Ramadhan 2016 mencapai 1,52 persen," kata Kepala Bank Indonesia perwakilan Sumbar Puji Atmoko di Padang, Selasa.

Menurut dia pergerakan harga pada Juni 2017 sejalan dengan nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,69 persen, sedangkan secara tahunan laju inflasi Sumbar tercatat lima persen atau telah berada di atas laju inflasi nasional sebesar 4,37 persen.

Namun secara tahun berjalan, dari Januari ke Juni 2017, inflasi Sumbar sebesar 0,30 persen atau masih berada di bawah inflasi nasional sebesar 2,38 persen, katanya.

Ia menyampaikan inflasi bulanan Sumbar pada Juni 2017 merupakan yang terendah ketiga setelah Sumatera Utara sebesar 0,26 persen dan dan Riau 0,27 persen dari 32 provinsi yang mengalami inflasi secara nasional.

Secara spasial bulanan, pergerakan harga Sumbar disumbang oleh Kota Padang yang tercatat mengalami inflasi 0,34 persen dan Bukittinggi 0,20 persen, kata dia.

Kondisi tersebut menjadikan Kota Padang dan Bukittinggi sebagai kota dengan inflasi terendah ke-7 dan ke-3 dari 79 kota yang mengalami inflasi di seluruh Indonesia, lanjutnya.

Ia memaparkan inflasi bulanan Sumbar disumbang oleh kenaikan harga kelompok barang yang diatur pemerintah (administered price) dan kelompok inti (core).

Pada kelompok barang diatur pemerintah di bulan Juni 2017 terjadi inflasi sebesar 1,63 persen dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan Mei 2017 sebesar 0,67 persen, ujarnya.

Menurutnya kenaikan harga pada kelompok ini disumbang oleh Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan angkutan udara dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,24 persen dan 0,08 persen.

Ia mengatakan kenaikan TTL merupakan dampak lanjutan dari kenaikan bulan Mei yaitu pada golongan rumah tangga mampu 900 VA pascabayar, sementara kenaikan harga tiket pesawat dipicu oleh tingginya permintaan karena adanya arus mudik menjelang Lebaran untuk rute dari Padang.

Sementara kelompok bahan pangan bergejolak (volatile food) pada Juni 2017 mengalami deflasi sebesar 0,58 persen yang disumbang oleh turunnya harga cabai merah, beras, bawang putih dan jeruk.

Melimpahnya pasokan cabai merah merupakan dampak berlanjutnya panen di berbagai sentra produksi baik di Sumatera Barat maupun daerah lain di Sumatera dan Jawa, ujar dia.

Selain itu, banyaknya kegiatan pasar murah yang dilakukan oleh instansi terkait selama Ramadhan serta telah efektifnya kerja Satgas Pangan yang dipimpin oleh Kepolisian Daerah Sumatera Barat cukup efektif meredam gejolak harga pangan di pasar.

Puji memperkirakan tekanan inflasi ke depan cukup moderat yang bersumber dari kelompok barang yang diatur pemerintah, khususnya dampak lanjutan kenaikan tarif angkutan udara seiring dengan masih berlangsungnya arus mudik pasca lebaran dari dan ke Padang.

Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat mencatat kenaikan tarif listrik menjadi penyumbang inflasi terbesar di Kota Padang pada Juni 2017 dengan andil mencapai 0,26 persen.

"Dari sepuluh komoditas penyumbang inflasi tarif listrik memiliki andil terbesar dengan persentase perubahan harga mencapai 6,83 persen," kata Kepala BPS Sumbar Sukardi.

Ia menyampaikan pada Juni 2017 Padang mengalami inflasi sebesar 0,34 persen atau sedikit mengalami kenaikan dibandingkan Mei 2017 yang mengalami deflasi 0,04 persen.

Akan tetapi angka tersebut relatif stabil karena sebelumnya di bulan Ramadhan sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan, katanya. (*)