Mahasiswa UNP Ubah Limbah Jadi Produk Bernilai Ekonomis

id limbah

Mahasiswa UNP Ubah Limbah Jadi Produk Bernilai Ekonomis

Mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) mengubah limbah laboratorium menjadi produk bernilai ekonomis. Salah satu produk yang dihasilkan yakni souvenir wisuda. (Novia Harlina/Antara Sumbar)

Padang, (Antara Sumbar) - Empat Mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP), Sumatera Barat mengubah limbah laboratorium menjadi produk bernilai ekonomis seperti souvenir wisuda dan batako.

"Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah kimia," kata Ketua Kelompok, Gusdikal Candra di Padang, Senin.

Ia menjelaskan langkah awal untuk memulai proses pembuatan produk tersebut yakni dengan menetralkan limbah yang tergolong berbahaya dengan menggunakan zat kapur.

Hal tersebut, ujarnya dinamakan solidifikasi atau suatu langkah yang menghasilkan padatan limbah yang memiliki identitas struktural yang tinggi.

"Setelah itu baru dilakukan proses pemadatan limbah dengan menambahkan tanah liat untuk menyerap logam berat dan semen untuk membantu pemadatan sehingga dapat menjadi produk," ujarnya.

Ia menyampaikan proses pengerjaan untuk menjadi sebuh produk tidak sulit, namun yang menjadi kendala yakni penelitian terhadap penakaran yang pas untuk zat kapur yang akan dicampurkan ke dalam limbah berbahaya sehingga dapat netral.

Dari penelitian itu, katanya zat kapur dicampurkan kedalam 100 mL limbah pada kondisi pH tententu. Dibuat variasi penambahan zat kapur 5 gram, 10 gram, 15 gram, dan 25 gram. "Pada 45 gram limbah berbahaya itu baru netral," ujarnya.

Penelitian ini, sebutnya dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) X wilayah Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau, saat ini sudah dapat menghasilkan produk yang bernilai ekonomis.

"Kami menghabiskan lebih kurang biaya dari awal hingga selesai sekitar Rp11 juta dan dibiayai oleh Kementerian Riset dan teknologi, itu sudah termasuk biaya administrasi, seminar, alat penunjang dan perjalanan," kata Dikal.

Ia berharap penelitian tersebut berguna dan menjadi inspirasi bagi orang lain sehingga pencemaran udara yang berasal dari limbah kimia dapat berkurang. (*)