Kemristekdikti Beri 15 Unit Pengkonversi Energi Kepada Nelayan

id Nelayan

Kemristekdikti Beri 15 Unit Pengkonversi Energi Kepada Nelayan

Nelayan pulang melaut (ilustrasi). ()

Makassar, (Antara Sumbar) - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) memberikan bantuan sebanyak 15 alat pengkonversi energi atau "converter kit" kepada sejumlah nelayan di Makassar, Sulawesi Selatan.

"Ini merupakan bagian dari upaya Kemristekdikti dalam meningkatkan ekonomi rakyat. Jika selama ini nelayan melaut menggunakan solar, namun dengan alat ini dikonversi dengan gas," ujar Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu.

Melalui alat pengkonversi tersebut, nelayan bisa melaut tidak hanya menggunakan solar tetapi dengan gas. Penghematan yang dilakukan mencapai 80 persen.

"Untuk pertama kali, kami akan berikan 15 alat dulu. Nanti setelah pelaksanaan Harteknas, akan kami cek lagi. Bagaimana penggunaan dan efesiensinya. Nelayan yang menggunakannya juga akan kami evaluasi," papar dia.

Alat pengkonversi yang digunakan merupakan alat generasi kedua. Pada konverter kit generasi pertama, baru bisa mengkonversi penggunaan bensin menjadi gas.

"Ke depan, alat ini tidak hanya digunakan untuk kapal kecil tetapi juga kapal besar," kata dia.

Konverter kit tersebut merupakan hasil riset dari peneliti binaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Abdul Hakim Pane.

Alat tersebut dapat mengkonversi penggunaan tujuh jenis bahan bakar yakni bensin, solar, alkohol, LPG, LNG, CNG, dan biogas.

Dengan alat tersebut, nelayan yang sebelumnya melaut dengan menggunakan bensin dan solar, sekarang bisa menggunakan bahan bakar gas.

Harga alat tersebut diperkirakan sekitar Rp5 juta dan merupakan satu-satunya alat di dunia yang bisa mengkonversi penggunaan bahan bakar ke gas.

Satu tabung gas tiga kilogram tersebut bisa digunakan untuk melaut selama 11 hari untuk mesin empat tak. Sedangkan jika menggunakan bensin memerlukan 10 liter untuk untuk 11 hari dengan asumsi melaut selama dua jam per hari, atau dengan kata lain biaya yang dikeluarkan Rp65.000. Sementara, jika menggunakan alat itu hanya mengeluarkan dana Rp20.000.

Sementara untuk kapal dengan mesin dua tak (kapal yang digunakan untuk laut yang berombak), untuk 10 hari memerlukan 146 liter bensin dengan nilai Rp944.000, sedangkan jika menggunakan gas hanya membutuhkan 10 tabung atau Rp200.000.

Untuk mesin diesel dua tak, memerlukan 80 liter untuk 10 hari atau Rp410.000, sedangkan jika menggunakan gas hanya memerlukan 10 tabung atau Rp200.000. (*)