Canberra, (Antara Sumbar) - Naiknya permukaan air laut menimbulkan ancaman besar bagi puluhan spesies burung yang bersarang di pantai, dan sebagian terancam punah dalam waktu 20 tahun, kata beberapa peneliti di Australian National Univerisyt (ANU) di Canberra.
Burung yang bersarang di pantai adalah burung yang memilih untuk bersarang dan bereproduksi di dekat garis pantai; itu berarti sarang mereka paling terancam bukan hanya akibat kenaikan permukaan air laut, tapi peningkatan jumlah arus gelombang. Kondisi tersebut dikatakan oleh peneliti utama ANU Dr. Liam Bailey lebih sering terjadi akibat pemanasan global.
Di dalam satu pernyataan yang disiarkan pada Kamis (1/6), Bailey mengatakan burung pantai tak memperlihatkan reaksi pada peningkatan bertahap jumlah arus gelombang --kondisi yang menjadi masalah buat spesies di seluruh dunia.
"Kenaikan permukaan air laut dan banjir yang makin sering adalah pengendali utama kecenderungan tajam pada burung pantai," kata Bailey, dari ANU Research School of Biology.
"Spesies dalam stusi kami, burung kedidir Ero-Asia, tinggal di satu daerah tempat banjir menjadi makin umum, sehingga menimbulkan ancaman bagi kelangsungan hidup populasi tersebut," sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi.
"Studi kami tidak mendapati bukti bahwa burung kedidir telah menambah sarang mereka, bahkan di kalangan burung yang kehilangan sarang selama banjir. Berbagai faktor atau tumbuh-tumbuhan yang tidak layak mungin tidak mendorong burung bersarang di tempat yang lebih tinggi."
Bailey menambahkan sebagian spesies di daerah rawa dataran rendah di Amerika Serikat dapat tergiring menuju kepunahan dalam waktu 20 tahun kecuali lebih banyak pekejraan dilakukan untuk mendorong burung bersarang lebih awal guna menghindari arus gelombang, atau bersarang di dataran yang agak lebih tinggi.
"Para peneliti meramalkan bahwa kenaikan permukaan air laut dan peningkatan peristiwa banjir mungkin mendorong burung pipit, salah satu spesies pantai di AS, ke arah pepunahan, barangkali bahkan dalam waktu 20 tahun mendatang," kata Bailey.
"Seperti burung kedidir Ero-Asia, spesies ini tampaknya tidak menyesuaikan diri dengan kondisi perubahan arus gelombang.
"Pekerjaan kami adalah bagian dari meningkatnya jumlah penelitian yang memperlihatkan kerentanan spesies burung pantai. Spesies ini mungkin memerlukan pemusatan pelestarian tambahan pada masa depan," katanya. (*)
Berita Terkait
BMKG dorong pakar kebumian kaji potensi gempa bumi di Laut Jawa
Minggu, 24 Maret 2024 9:11 Wib
Imigran etnis Rohingya terdampar di tengah laut
Kamis, 21 Maret 2024 13:46 Wib
Serangan udara baru AS-Inggris targetkan Houthi di Yaman
Selasa, 5 Maret 2024 9:02 Wib
Jasa penjualan air laut
Rabu, 31 Januari 2024 14:59 Wib
Penenggelaman kapal Angkatan Laut untuk mendukung konservasi
Jumat, 26 Januari 2024 11:52 Wib
Gubernur minta Sumbar majukan budi daya lobster laut
Kamis, 25 Januari 2024 15:34 Wib
BMKG: Gempa M5,9 guncang wilayah Laut Banda, tidak berpotensi tsunami
Rabu, 24 Januari 2024 9:14 Wib
Pengetatan penjagaan di Pelabuhan Laut usai 53 napi kabur
Selasa, 9 Januari 2024 20:58 Wib