Memajukan Mentawai dengan Pembangunan Infrastruktur dan SDM

id mentawai

Memajukan Mentawai dengan Pembangunan Infrastruktur dan SDM

SEPUTAR SUMBAR-PEMBANGUNAN TRANS MENTAWAI TERUS DIPACU (SEPUTAR SUMBAR-PEMBANGUNAN TRANS MENTAWAI TERUS DIPACU)

Padang, (Antara Sumbar) - Setelah dilantik sebagai Bupati Mentawai periode 2017-2022 oleh Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno belum lama ini, Yudas Sabaggalet menyatakan komitmen meningkatkan sumber daya manusia dan memperluas pembangunan infrastruktur di daerah itu.

Ihwal itu dikemukakan karena kunci meningkatkan pembangunan kesejahteraan masyarakat setempat, terutama melalui SDM yang andal didukung infrastruktur daerah yang memadai.

"Saya tidak akan berhenti menyekolahkan putra-putri Mentawai hingga perguruan tinggi. Itu adalah komitmen," kata Yudas usai dilantik sebagai bupati setempat di Padang, Senin (22/5).

Mentawai dipandangnya tidak akan pernah maju selama sumber daya manusia di daerah itu masih rendah. Oleh karena akses pendidikan di daerahnya masih jauh dari kata "memadai", maka jalan satu-satunya adalah mengirim putra daerah belajar keluar Mentawai.

Banyak putra-putri terbaik Mentawai dikirim ke Padang untuk kuliah. Setelah lulus, mereka kembali ke kampung halamannya di pelosok Mentawai untuk membangun salah satu daerah terluar di Indonesia itu.

Yudas bercerita ada satu daerah di Mentawai yang hampir setiap tahun menghadapi kejadian luar biasa (KLB) kolera.

Hal itu sulit ditangani karena sarana dan prasarana kesehatan di daerah kepulauan tersebut memang tidak memadainya. Akibatnya, KLB selalu terjadi setiap tahun.

Akhirnya, diputuskan putra daerah itu dikirimkan ke Padang untuk kuliah kebidanan dan keperawatan. Merekalah yang kemudian menjadi agen perubahan, terutama untuk meningkatkan kesehatan, di daerah kelahirannya.

Selama dua tahun terakhir, tidak ada lagi KLB kolera di daerah itu.

Menurut Yudas, pendekatan seperti itu cukup membantu dalam pengembangan sumber daya manusia daerahnya sehingga akan dipertahankan.

Meski demikian, ia juga mengakui bahwa akselerasi pembangunan daerah lebih cepat, butuh bantuan dari luar, terutama untuk tenaga pendidik dan kesehatan. Hanya saja, penempatan sulit dilakukan, terutama di pelosok-pelosok, karena akses transportasi memang tidak ada.

Infrastruktur jalan hanya terbatas di pusat kabupaten dan kecamatan, sedangkan untuk ke pelosok harus melalui jalan setapak, keluar masuk hutan dan sungai, atau menggunakan sampan.

Akses transportasi yang lumayan baik hanya untuk hubungan antarpulau dengan menggunakan kapal atau sampan.

"Kekurangan infrastruktur jalan darat memang sangat dirasakan. Ini kendala besar lainnya yang harus diatasi jika Mentawai ingin maju," katanya.

Jika sumber daya manusia membaik dan infrastruktur jalan darat di pulau-pulau Mentawai tersedia, ia optimistis Mentawai menjadi salah satu kabupaten yang paling maju di Sumbar.

Pembangunan jalan itu tentu menjadi prioritas dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Mentawai. Namun, karena dana yang terbatas, upaya itu berjalan lambat karena harus dilakukan secara bertahap.

Harapan masyarakat Mentawai muncul dengan program jalan Trans Mentawai yang dibiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Dimulai sejak 2012, pembangunan jalan berupa betoninasi itu, telah mencapai sekitar 45 persen.

Jalan di Pulau Sipora sudah terbuka semua dan tinggal menyelesaikan proses betonisasi untuk beberapa ruas. Jalan di Siuban, Rokot, dan Tua Pejat diharapkan tahun ini sudah terbuka.

Sementara itu, jalan di Sikakap, Pagai Utara, dan Pagai Selatan juga sudah terbuka, tinggal betonisasi, sedangkan untuk Pulau Siberut sedang proses pembukaan jalan.

"Kami berharap hingga habis periode kepemimpinan kepala daerah pada 2022, jalan Trans Mentawai sudah selesai dibangun, tentu dengan dukungan pusat dan provinsi," katanya.

Berdasarkan perencanaan, jalan Trans Mentawai yang akan dibangun itu dilaksanakan pada empat pulau besar Mentawai, yaitu Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan.

Total panjang Trans Mentawai yang akan dibangun di Pulau Siberut 170 kilometer, Pulau Sipora 105 kilometer, Pagai Utara 110 kilometer, dan Pagai Selatan 85 kilometer. Dana proyek itu berasal dari APBN dan APBD.

Selain infrastruktur jalan darat, telekomunikasi dan bandara adalah persoalan lain yang sedang dihadapi oleh Mentawai dengan harapan secepatnya bisa diatasi.

Akses telekomunikasi di daerah itu relatif sangat minim, bahkan untuk pulau terbesar, tempat mayoritas penduduk tinggal, yaitu Siberut, seringkali terganggu sehingga putus sama sekali dari dunia luar.

Padahal, Mentawai merupakan daerah tujuan wisata yang disebutnya luar biasa, terutama untuk wisata "surfing". Ribuan wisatawan mancanegara mengunjungi kabupaten yang memiliki sekitar 400 titik olahraga "surfing" dengan 23 titik di antaranya berskala internasional.

Ombak dengan gelombang yang mencapai tiga hingga empat meter (salah satu terbaik di dunia) itu, paling menantang bagi peselancar dunia, terutama pada musim kemarau atau sekitar Maret hingga Oktober.

Budaya masyarakat Mentawai yang dinilai sebagai salah satu yang tertua di Indonesia, juga potensi yang luar biasa di daerah setempat guna mendukung pengembangan kepariwisataan.

"Potensi ini sulit dikembangkan bila tidak didukung akses telekomunikasi dan akses langsung melalui bandara," ujar Yudas.

Wakil Bupati Mentawai Kortanius Sabaeleake menyebutkan cuaca juga menjadi kendala dalam pembangunan infrastruktur daerahnya.

Hampir seluruh bahan bangunan untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di daerah itu, dibawa ke Mentawai menggunakan kapal dari Padang.

Namun, pengiriman material untuk pembangunan infrastruktur yang efektif, hanya pada Januari hingga Juni, karena lepas bulan tersebut cuaca mulai kurang bersahabat dan gelombang laut cenderung tinggi.

Tidak ada yang berani berspekulasi mengirimkan bahan bangunan ke Mentawai pada bulan-bulan tersebut karena khawatir kapal pengangkut dihantam gelombang dan tenggelam.

Salah satu harapan adalah program tol laut yang tahun ini mulai menjangkau daerah tersebut.

Kapal dalam program tol laut itu melewati jalur Tanjung Priok-Enggano-Mentawai-Pulau Nias-Sinabang, kembali ke Pulau Nias-Sinabang-Mentawai-Enggano-Tanjung Priok.

"Harga bahan bangunan bisa ditekan dengan bantuan program tol laut ini," ucapnya.

Sebagai contoh, harga besi yang dibawa kapal tol laut lebih murah hingga Rp2.000 per batang jika dibandingkan dengan harga barang jika dibawa dari Padang.

Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit dalam sejumlah kesempatan, mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan beberapa kementerian untuk membantu Mentawai agar lepas dari ketertinggalan, salah satunya melalui perluasan Bandara Rokot agar bisa didarati pesawat berbadan lebar.

Kementerian Perhubungan, ujar dia, menyambut positif wacana tersebut dan segera mengirim Dirjen Perhubungan Udara turun ke lokasi, untuk melihat persyaratan dan persiapan pengembangan bandara.

Selama ini, landasan bandara itu hanya sepanjang 800 meter dan baru bisa melayani penerbangan pesawat kecil berkapasitas 12 penumpang.

Keadaan itu membuat wisatawan lebih memilih menggunakan transportasi kapal dari Padang ketimbang menumpang pesawat.

Diharapkan setelah perluasan landasan menjadi 1.600 meter, bandara itu bisa untuk mendarat pesawat berbadan besar sehingga wisatawan bisa lebih cepat menuju salah satu destinasi wisata bahari Sumbar tersebut. *